Wednesday, 5 November 2014

Cinta Tak Terduga



Aku berdiri di depan pintu gerbang rumah yang mewah. Untuk beberapa hari aku akan tinggal di sini. Awalnya aku menolak untuk pindah lebih dulu tetapi kedua orang tuaku memaksa. Mereka ingin aku menyesuaikan diri dengan suasana di sini terlebih dahulu. Aku membunyikan bel rumah. Tampak olehku seorang satpam berjalan kearahku.
"Mau cari siapa ya neng?" Ujar pria yang usianya kira-kira 40 tahun.
"Siang pak, apa benar ini rumahnya tante Mia?" Ujarku ramah.
"Benar neng."
"Saya Tara pak anaknya pak Hermawan." Lalu satpam itu mengajakku masuk dan membawakan barang-barangku. Aku berdiri menunggu tante Mia keluar. Tidak beberapa lama tante Mia menghampiriku.
"Hai sayang, udah lama?" Ujar tante Mia ramah.
"Baru aja sampai tan." Ujarku sambil tersenyum. Tante Mia mengajakku masuk dan dia mengantarkanku ke kamar yang akan ku tempati nanti.
"Nah ini kamar kamu, yang sebelahnya kamar Rendy anak tante. Kalo kamar tante di bawah. Kalo kamu butuh apa-apa kamu bisa minta sama bik Iyem." Ujar tante ramah.
"Makasih tante."
"Yaudah sekarang kamu istirahat dulu aja, tante kebawah dulu ya." Ujar tante Mia meninggalkanku untuk beristirahat.
Aku memasuki kamar tempatku akan tinggal. Kamar yang cukup luas. Di dalam nya terdapat sebuah kamar mandi. Aku membaringkan tubuhku di atas ranjang. Ranjang yang empuk dan sangat nyaman. Tanpaku sadari aku pun tertidur.

***
Tokk.. Tok.. Suara pintu membangunkanku. Aku berjalan masih dengan mata setengah tertutup. Aku membuka pintu dan seorang pria berdiri di sana.
"Disuruh turun tuh sama mamah." Ujar Pria itu dengan nada jutek. Lalu pria itu berbalik dan berjalan menuruni anak tangga.
"Huh jutek banget si." Ujarku sebal. Aku masuk kamar lalu bergegas mandi. Setelah selesai aku berjalan turun. Ku lihat di sana tante Mia sedang menyiapkan makanan. Aku berjalan menghampirinya.
"Malem tante." Ujarku sambil tersenyum.
"Malem sayang." Ujar tante Mia ramah. "Sini duduk kita makan malem sama-sama." Ujarnya lagi ramah. Tante Mia memanggil suami dan anaknya untuk makan bersama.
"Gimana kabar mama papa ra?" Ujar om Pras ramah.
"Baik ko om, mama sama papa nitip salam buat om dan tante."
"Sekolah kamu sama Rendy kan sama ra, besok berangkat bareng aja." Ujar tante Mia sambil mengambilkan om Pras makan.
"Gak usah tante, Tara bisa berangkat sendiri ko." Ujarku tidak enak hati terlebih kalo aku ingat kejadian tadi. 'Bisa mati kutu aku dijutekin terus' batinku.
"Kaya tau jalan aja." Ujar Rendy acuh masih sibuk dengan makanannya.
"Udah gak apa-apa, tante takut kamu nyasar ntar. Kamu kan belum tau daerah sini."
"Iya deh tan." Ujarku akhirnya terpaksa mengiyakan ucapan tante Mia. Suasana makan yang terasa aneh untukku. Sepi berbeda dengan suasana dirumah. Baru hari pertama saja aku sudah kangen sama keluargaku.

***
Tokk tokk tokk. Suara pintu membangunkanku. Dengan enggan aku berjalan menuju pintu. Masih dengan setengah sadar aku membukanya.
"Lo baru bangun?" Ujar seseorang dengan nada setengah membentak. Suara kerasnya mampu menyadarkanku.
"Jam berapa sekarang? 10 menit lagi gue turun ke bawah." Ujarku dengan nada panik lalu menutup pintu. Aku bergegas lari ke kamar mandi. Setelah siap aku buru-buru turun.
"Pasti gara-gara semalem gue gak bisa tidur ni." Ujarku dengan suara kecil malah terlihat seperti orang yang sedang komat-kamit.
Aku berjalan menuju meja makan di sana kulihat Rendy sudah menunggu dengan muka kesal. Aku semakin mengutuk kebodohanku yang hari pertama sudah melakukan kesalahan besar.
"Tante aku berangkat ya." Ujarku menghampiri tante Mia lalu mencium tangannya. Kulihat sepertinya om Pras sudah berangkat.
"Kamu gak sarapan dulu?" Ujar tante Mia heran.
"Nanti di sekolah aja tan, udah telat." Ujarku setengah melirik ke arah Rendy. Aku tidak berani melihat wajahnya.
"Bagus deh." Ujar Rendy dengan acuh. "Mah berangkat ya." Ujarnya lagi lalu mencium tangan tante Mia.
Sepatah kata pun tidak keluar dari kami berdua. Hening menyelimuti kami berdua hingga memasuki gerbang sekolah.
"Nanti dari sini lo lurus terus belok kiri itu ruang guru." Ujarnya sambil membuka helm.
"Lo gak nganterin gue?" Ujarku pelan.
"Lo bukan anak kecil yang harus dianterin kan?" Ujarnya. "Gue harus buru-buru ke kelas." Ujarnya lalu meninggalkanku sendiri.
"Wuu dasar cowok jutek, nyebelin, udah tau gue anak baru bukannya dianterin malah ditinggalin." Ujarku berjalan sambil mengomel. Kulihat semua anak berjalan dengan terburu-buru namun ada seseorang yang sedang berjalan dengan santai. Aku pun menyapanya.
"Sorry kalo ruang guru dimana ya?" Ujarku ramah.
"Dari sini lo lurus aja. Liat ada pot bunga disana?" Ujarnya cowok itu ramah.
"Iya, itu ruang gurunya?"
"Bukan." Ujarnya santai.
"Terus?"
"Gue cuma mau ngasih tau kalo di sana ada pot bunga." Ujarnya sambil nyengir kuda. "Ok ok gue cuma bercanda kok." Ujarnya lagi.
"So? Ruang gurunya?" Tanyaku bingung.
"Dibelakang lo." Ujarnya sambil tersenyum. "Oh ya, lo anak baru ya? Nama gue Eza." Katanya sambil menjulurkan tangannya.
"Gue Tara." Ujarku sambil tersenyum.
"Ok Tara gue ke kelas dulu yah." Ujar Eza lalu ia pun berlalu.
"Coba Rendy bisa seramah itu mungkin gue bakal betah tinggal di sini." Ujarku pelan.
"Kamu anak baru ya." Ujar seorang guru mengagetkanku.
"Eh iya bu. Saya Tara anak baru dari Bogor."
"Saya bu Mela, kita sekarang ke kelas kamu. Moga kamu betah ya sekolah di sini." Ujar bu Mela ramah.
***
Aku berjalan melewati lorong sekolah. Sekolah terlihat begitu sepi semua murid sudah masuk ke kelas nya masing-masing. Aku melihat sebuah kelas tertulis 12 ipa 1 aku tidak sengaja melirik kedalamnya dan kulihat Eza berada di sana.
"Oh dia kakak kelas." Ujarku pelan. Aku dan bu Mela berhenti di depan kelas yang tertulis 11 ipa 2. Kelas yang awalnya ramai menjadi sepi ketika bu Mela memasuki kelas itu.
"Pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru." Ujar bu Mela. Aku berjalan memasuki kelas.
"Nama saya Tara pindahan dari Bogor." Ujarku sambil tersenyum ramah.
"Oke Tara kamu bisa duduk di sana." Ujar bu Mela menunjuk sebuah bangku kosong. Rendy. Aku melihat sosok Rendy tepat berada di belakang bangku itu.
Aku berjalan menuju bangku yang kosong itu. Rendy acuh terhadap keberadaanku dia hanya memandang keluar jendela. Aku melihat seorang cewek melihat kearahku dengan sinis. Aku pun memberi senyum kearahnya.
"Hei gue Ines." Ujar seorang cewek yang duduk sebangku denganku.
"Tara." Ujarku ramah.
"Gue Bobby." Ujar seorang cowok yang duduk dibelakangku. "Ini temen gue Rendy." Ujarnya lagi.
"Iya gue udah tau ko." Ujarku sambil memasang senyum terpaksa.
"Kapan gue bisa gak ngeliat lo." Ujar Rendy pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.

***
Tettt Tettt.. Bel istirahat berbunyi. Aku memasukkan bukuku ke dalam tas. "Ra, ikut kita kantin yuk." Ujar Ines.
"Boleh." Ujarku sambil tersenyum.
Kami berempat berjalan menuju kantin. Sepanjang perjalanan Ines banyak menceritakan soal sekolah dan kelas kami. Dia juga menceritakan soal Anita yang tadi melihatku sinis. Ternyata Anita adalah anak kepsek pantas kalo dia terlihat angkuh.
"Lo mau pada makan apa?" Ujar Bobby saat kami sampai di sebuah meja kosong.
"Gue sama Tara pesen duluan ya, lo berdua jaga tempat." Ujar Ines nyengir kuda.
"Lo mau makan apa ra?" Ujar Ines ketika kami sampai di depan etalase kantin.
"Mie ayam kayanya, lo apa nes?"
"Gue bakso deh. Bu Mie ayam nya satu sama baksonya satu." Ujar Ines memesan makanan.
"Bu baksonya satu ya." Ujar seseorang dari belakangku. Aku menoleh dan ternyata ka Eza. Ka Eza pun sepertinya sadar akan kehadiranku.
"Ra gue beli minum dulu ya, lo mau minum apa?" Ujar Ines.
"Apa aja deh nes." Ujarku ramah. Lalu Ines pun meninggalkanku.
"Cuma berdua aja?" Ujar ka Eza.
"Liat orang yang di sana ka?" Ujarku.
"Paling lo mau bales gue yang tadi." Ujar ka Eza cuek.
"Wuu dasar neting aja ni." Ujarku sambil tertawa. "Gue sama mereka maksudnya."
"Gue kira mau bales yang tadi." Ujarnya nyengir.
"Ayo ra." Ujar Ines menghampiriku dan mengambil baksonya.
"Gue duluan ya ka." Ujarku mengikuti Ines. Kami berdua berjalan membawa makanan yang masih panas.
Rendy tanpa basa-basi beranjak pergi setelah aku dan Ines duduk. Bobby pun mengikutinya dari belakang.
"Nes, si Rendy orangnya begitu ya." Ujarku.
"Maksudnya?" Ujar Ines masih sibuk dengan baksonya.
"Iya jutek begitu." Ujarku cuek.
"Dia emang gitu ra, tapi orangnya baik ko. Tadi lo waktu di kelas katanya lo udah tau dia." Ujar Ines.

"Iya, gue sementara tinggal di rumah dia." Ujarku santai.
"Serius lo?" Ujar Ines kaget.
"Biasa aja kali nes." Ujarku tertawa melihat ekspresi lucu Ines.
"Oh ya lo ko kenal ka Eza?" Ujar Ines penasaran.
"Tadi pagi gak sengaja ketemu." Ujarku sibuk dengan makananku.
"Tapi ko kayanya akrab banget." Ujar Ines menggodaku.
"Biasa aja ko nes."
"Oh ya, tapi lo hati-hati kalo deket dia." Ujar Ines serius.
"Kenapa nes? Dia punya anjing galak ya?" Ujarku bercanda.
"Bukan anjing lagi tapi singa galak." Ujar Ines tertawa.
"Bisa aja lo nes, jadi singanya siapa?" Ujarku penasaran.
"Anita anak di kelas kita." Ujar Ines santai.
"Jadi itu pacarnya ka Eza?" Ujarku kaget.
"Ahahaha bukan pacar ra, tapi doi gebetannya Anita. Btw lo gak suka kan sama dia?" Ujar Ines curiga.
"Kalo dibilang suka si ya siapa gitu yang gak suka sama ka Eza. Humoris ganteng lagi." Ujarku mengedipkan mata.
"Ye ganjen. Rumornya si doi playboy hati aja." Ujar Ines. Aku terdiam memikirkan ucapan Ines. 'Wajar aja si dia playboy orang ganteng banget' batinku.
Bobby dan Rendy kembali dengan makanan mereka. Kami berempat berbincang-bincang, walaupun sebenarnya hanya kami bertiga Rendy tidak.

***
Bel pulang berbunyi aku berjalan sendiri. Tiba-tiba seseorang mengagetkanku. "Dorrr." Ujarnya
"Ka Eza iseng deh." Ujarku
"Lagian jalan sambil ngelamun aja. Balik sendiri? Gue anter pulang yuk." Ujar ka Eza nyengir.
"Tara" seseorang memanggilku. Aku melihar Rendy sudah menunggu di atas motornya.
"Next time ya ka." Ujarku tersenyum lalu berjalan ke arah Rendy.
"Lama banget si?" Keluh Rendy.
"Sorry sorry gue kira kan lo udah balik duluan." Ujarku lalu naik ke atas boncengannya.

***
Sudah 2 hari aku tinggal di rumah tante Mia. Siang itu setelah pulang sekolah setelah berganti pakaian aku turun dari kamar. Bosan rasanya kalo hanya berdiam diri di kamar.
"Siang tante." Ujarku melihat tante Mia sedang sibuk mengecek barang di dapur.
"Siang sayang." Ujarnya masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Lagi apa tan?" Ujarku.
"Tante lagi ngecek barang di dapur, soalnya tante mau belanja. Kamu mau ikut?" Ujar tante Mia ramah.
"Mau tan, aku ganti baju dulu ya." Ujarku senang.

***

Aku, Rendy, dan tante Mia berjalan mengelilingi supermarket yang ada di dalam mall. Tante Mia selalu mengajakku berbicara. Ternyata tante Mia orangnya supel banget dan dia juga hobby membuat kue. Rendy hanya diam mengikuti kami berdua dengan membawa trolley belanjaan. Dia tampak terlihat bosan.
Kami bertiga duduk di tempat makan masih di kawasan mall. "Oh iya, tante lupa." Ujar tante Mia mengagetkanku.
"Kenapa tan?" Ujarku bingung.
"Pasti ada yang kelupaan." Ujar Rendy dengan nada bt.
"Tante ada janji sama jeng Puspa di butiknya. Kamu temenin Rendy dulu ya, tante mau ke lantai atas dulu, nanti tante balik lagi." Ujar tante Mia diikuti dengan anggukanku mengiyakan ucapannya. Lalu tante Mia pun berlalu.
"Lo bosen ya?" Ujarku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Menurut lo?" Rendy malah balik bertanya dan membuatku mati kutu.
"Hmm bosen kayanya." Ujarku takut-takut. Rendy hanya mengangkat kedua bahunya. Aku pun diam. Aku akhirnya memilih untuk menyibukkan diri dengan makananku.
"Sejak kapan lo kenal Eza?" Ujar Rendy setelah beberapa lama kami terdiam.
"Waktu pertama masuk sekolah." Kataku jujur.
"Ko bisa deket banget?" Ujarnya mulai terdengar jutek.
"Kayanya biasa deh. Lo tuh kenapa si jutek banget?" Ujarku sambil menatap ke arahnya. Rendy pun salah tingkah dan aku tertawa.
"Kenapa lo ketawa?" Ujar Rendy berusaha menyembunyikan kesaltingannya.
"Gpp lucu aja." Ujarku mengangkat bahu mengikuti gayanya. Diluar dugaan Rendy malah tertawa melihat tingkahku.
"Ko lo ketawa?" Ujarku heran.
"Lo lucu. Hmm, kayanya lebih tepatnya aneh." Ujar Rendy santai kali ini dengan nada bersahabat.
"Imut kali." Ujarku sambil mengedipkan mata. Kami berdua pun tertawa.
Rendy sudah lebih bersahabat denganku sekarang walau sikap juteknya masih ada tapi setidaknya hubungan kami berdua jauh lebih baik.
***
"Ra, nanti lo pulang duluan aja, gue ada latihan basket soalnya." Ujar Rendy sesudah bel pulang berbunyi.
"Oke sipp." Ujarku sambil mengacungkan jempol lalu Rendy pun berlalu.
"Ra, gue boleh nanya gak?" Ujar Ines sesudah Rendy pulang.
"Nanya apa nes?" Ujarku sambil menoleh ke arahnya.
"Sejak kapan lo jadi akrab sama Rendy?" Ujar Ines heran.
"Akrab? Biasa aja ko nes." Ujarku santai. "Balik yuk."
"Lo duluan aja deh gue masih ada urusan sama anak pmr."
"Ok deh, gue duluan ya sayang." Ujarku sambil mengedipkan mata.
Aku berjalan sendiri. Kenapa Rendy tidak menyuruhku menunggunya? Seandainya dia memintaku aku pasti akan menunggunya. Batinku.
"Apa si yang gue pikirin." Ujarku sambil menepuk kedua pipiku.
Tinnn.. Tinnn.. Suara motor mengagetkanku. Sontak aku langsung melihat ke belakang. Di sana aku lihat ka Eza dengan motornya.
"Bareng yuk." Ujar ka Eza.
"Boleh, lumayan si tebengan gratis hehe." Ujarku sambil nyengir. Aku pun naik ke boncengannya. Tanpa aku ketahui Rendy melihatku pulang bersama ka Eza.
"Shit." Ujarnya pelan. Niatnya yang ingin memberikan bukuku yang ketinggalan pun diurungkan. Dia kembali menuju lapangan basket. Beribu perasaan yang dirasakannya saat itu.

***
Rendy berjalan menuju kamarnya. Tidak sengaja ia mendengar suaraku sedang berbicara dengan ka Eza ditelepon. Brukk.. Suara pintu mengagetkanku. Aku pun mematikan telepon ka Eza, aku keluar dari kamar dan menuju kamar Rendy.
Tokkk.. Tokkk.. Aku mengetuk pintu kamar Rendy. Entah kenapa tiba-tiba detak jantungku berdetak dengan cepat.
"Apaan?" Ujar Rendy dengan tampang jutek.
"Ah eh gak apa-apa." Ujarku salah tingkah. Nyaliku langsung ciut melihat muka juteknya. Aku pun langsung kabur dan masuk ke kamar.
"Kenapa si? Tadi di sekolah baik-baik aja. Kenapa jutek lagi." Keluhku. Aku duduk diatas ranjang dengan menaruh mukaku diatas lutut. Untuk pertama kalinya aku begitu sedih melihat sikap Rendy kepadaku.
Tokk.. Tokk.. Suara pintu mengagetkan lamunanku. "Masuk." Ujarku singkat tanpa merubah posisiku. Tanpa aku duga ternyata itu Rendy.
"Nihh." Ujarnya sambil melempar bukuku. Lalu dia hendak keluar kembali. Aku pun mengejarnya. Dan menariknya sebelum masuk kembali ke kamar.
"Lo kenapa si?" Ujarku menarik tangannya.
"Bukan urusan lo." Rendy melepaskan tanganku lalu masuk ke dalam kamarnya. Bulir-bulir air mata pun turun membasahi pipiku. Untuk pertama kalinya aku menangis karnanya.
"Kenapa si lo harus pulang sama Eza?" Ujar Rendy kesal. Dia tidak tau kenapa dia merasa semarah ini.
***
"Ra, lo kenapa? Sakit ya?" Ujar Ines membangunkanku yang tertidur di meja saat istirahat.
"Gak ko, cuma sedikit pusing aja."
"Kita ke UKS ya, lagian abis isrtirahat kan pelajaran kosong." Ujar Ines khawatir.
"Gue gak apa-apa Ines." Ujarku memaksakan tersenyum. "Gue ke kamar mandi dulu ya." Ujarku lagi. Namun baru beberapa langkah aku sudah jatuh pingsan tak sadarkan diri.

***
"Ra, bangun ra." Samar-samar aku dengar suara Ines membangunkanku.
"Aduh, gue dimana nes?" Ujarku sambil memegang kepalaku yang sakit.
"UKS ra, tadi lo pingsan di kelas." Ujar Ines. "Tadi Rendy yang angkat lo ke sini."
"Rendy? Rendy nya mana sekarang?" Ujarku masih memegang kepalaku.
"Gak tau, dia nyuruh gue nungguin lo dulu di sini." Ujar Ines. Aku melihat Ines tampak sangat khawatir.
"Gue gak apa-apa nes. Jangan pasang muka gitu ah, jelek tau." Ujarku sambil nyengir.
Tiba-tiba Rendy menghampiri kami berdua dengan membawakan makanan. "Nih makan." Ujar Rendy memberikanku roti. Aku mengambil roti itu dan memakannya dengan muka bt. 'Ngasih makanan tapi kasar banget' batinku.
"Ra, gue ke kelas ya. Lo kan udah ada Rendy. Ren gue ke kelas ya. Jagain Tara." Ujar Ines meninggalkanku dan Rendy.
"Kalo sakit gak usah sok berangkat sekolah, pake acara gak makan lagi." Ujarnya jutek. Aku hanya diam dan menunduk. Semalaman aku tidak tidur. Perlahan bulir air mataku mengalir. Tetapi aku buru-buru mengelapnya.
"Lo jangan nangis dong ra, nanti gue disangka ngapa-ngapain lo." Ujar Rendy panik karna dia kaget melihatku menangis. Tangisku makin menjadi. Rendy memelukku.
"Lo jahat Ren." Ujarku pelan. Rendy semakin erat memelukku. "Maafin gue ya, lo jangan nangis lagi." Ujar Rendy menghapus air mataku.

***
Bel pulang berbunyi. Rendy merangkulku berjalan menuju parkiran.
"Ra, katanya tadi lo pingsan ya?" Ujar ka Eza menghampiriku.
"Gue gak apa-apa ko ka." Ujarku memaksakan tersenyum.
"Gws ya, jangan lupa istirahat yang banyak." Ujar ka Eza tersenyum. Lalu pergi meninggalkanku dan Rendy.
Rendy terlihat menahan amarahnya. Aku tidak mengerti ada apa dengannya sebenarnya. Dia tetap menuntunku bahkan sampai kami tiba di rumah. Dia mengantarkanku sampai di kamar. Tante Mia yang melihatku pucat tampak khawatir, dia ingin memanggil dokter tapi aku menolaknya. Karna aku hanya butuh istirahat. Rendy mengantarkanku ke kamar. Setelah yakin aku bisa sendiri dia meninggalkanku sendiri.

***
Aku demam. Samar-samar suara pintu diketuk. Dan samar-samar aku melihat wajah Rendy. Lalu aku tak sadarkan diri.
Aku terbangun. Kulihat seseorang tertidur di sana. Ku usap rambutnya. Rendy pun terbangun. Deg. Detak jantungku berdetak kencang melihat wajah Rendy yang baru bangun dari dekat.
"Lo udah bangun ra?" Ujar Rendy mengucek matanya.
"Gue udah gak apa-apa ko. Lo mending tidur aja di kamar." Ujarku sambil tersenyum.
"Gue ke kamar ya." Ujar Rendy menguap masih setengah sadar. Aku senang Rendy merawatku.

***
Tokk.. Tokk.. Aku mengetuk pintu kamar Rendy. Waktu sudah menunjukkan pukul 7. Hari ini hari libur. Aku ingin membangunkan Rendy. 'Sepertinya dia masih tidur, aku bangunkan saja' batinku.
Aku masuk ke kamar Rendy. Perlahan aku berjalan masuk. Kamarnya termasuk rapi untuk kamar anak laki-laki. Rendy masih tertidur pulas. Wajahnya seperti anak kecil yang polos tidak terlihat kalo dia biasa jutek.
"Ren, Ren." Ujarku membangunkannya dengan perlahan. Tiba-tiba Rendy menarikku hingga aku terjatuh ke dalam pelukannya.
"Rendy apaan si?" Ujarku berusaha melepaskan pelukkannya. Namun Rendy tidak menjawabku dia tertidur pulas. 'Pasti ngigau ni anak' batinku. Aku pun bangkit dari tempat tidur. Akhirnya aku turun ke bawah dan membuat sarapan untuknya dan keluarganya. Tante Mia hanya tersenyum melihatku.
"Ucapan terima kasih aku tan." Ujarku nyengir.
Aku berjalan menuju kamar Rendy, kubuka pintunya. Rendy masih tertidur pulas. "Ren, bangun." Ujarku membangunkan Rendy setelah menaruh makanan diatas meja.
Perlahan Rendy membuka matanya, masih setengah sadar. "Hoamm." Rendy menguap sambil mengucek matanya.
"Hari ini gue buatin sarapan spesial buat lo." Ujarku sambil tersenyum semanis mungkin.
"Dalam rangka?" Ujar Rendy masih belum sadar sepenuhnya.
"Karna lo udah ngerawat gue kemarin." Ujarku nyengir. Rambutnya masih berantakan tetapi aku senang bisa melihat wajah Rendy yang baru bangun seperti ini.
"Karna gue udah rawat lo, lo harus nyuapin gue." Ujar Rendy asal.
"Gak mau." Ujarku sambil membuang muka pertanda menolak. Tetapi Rendy menarikku sehingga bibir kami saling bertemu. Itu pertama kalinya Rendy menciumku.
"Ok, kita impas." Ujarnya sambil mengangkat bahunya.
"Rendy." Ujarku geram namun Rendy malah tertawa melihat ekspresiku. Mukaku memerah. Aku sangat malu. Aku beranjak dari tempat tidurnya dan pergi meninggalkannya.
***
Tokk.. Tokk.. Aku berjalan membuka pintu kamar. Di sana aku melihat Rendy. Aku menutupi saltingku dengan berpura-pura marah ke dia.
"Cepetan siap-siap." Ujar Rendy sudah rapih dengan kaos hitam dan celana jeans panjang.
"Mau kemana?" Ujarku masih dengan nada kesal.
"Udah ikut aja." Ujarnya cuek.
"Gue gak mau." Ujarku menolak.
"Lo harus mau. Gue tunggu di bawah." Ujar Rendy dengan senyum manisnya. Lalu dia pergi menuruni tangga.
"Rendy, lo maunya apa si? Kadang jutek, kadang baik." Ujarku kesal di dalam kamar. Namun aku tetap menuruti ucapannya. "Gue suka sama lo tapi kalo lo kaya gini lo kaya gue gak bisa." Ujarku lirih.

***
Aku berjalan menuruni tangga di sana aku melihat tante Mia dan om Pras sedang menonton tv. "Siang om tante." Ujarku ramah.
"Siang sayang, kamu mau pergi ya sama Rendy. Dia udah nungguin tuh di mobil." Ujar tante Mia terlihat senang.
"Iya tante." Ujarku sedikit sungkan.
"Kalo Rendy ngebut-ngebut atau jahatin kamu. Bilang sama om biar om yang marahin dia." Ujar om Pras ramah.
"Emang anak kita penjahat apa." Ujar tante Mia menyenggol tangan om Pras.
"Kan jaga-jaga mah." Ujar om Pras nyengir.
"Om tante Tara pergi dulu ya." Ujarku pamit kepada kedua orang tua Rendy. Aku berjalan menuju parkiran rumah. Perasaanku tak menentu. Aku belum tau bagaimana aku harus bersikap di depan orang yang baru saja menciumku.
Aku masuk ke dalam mobil. Di sana Rendy sudah menunggu dengan muka bt. "Lama banget si." Ujarnya kesal karna sudah menunggu daritadi.
"Kita mau kemana?" Ujarku tanpa memperdulikan omelannya.
"Nanti juga lo tau." Ujarnya singkat. Diperjalanan hening menyelimuti kami berdua aku memilih melihat keluar jendela daripada harus melihat wajahnya.

***
Rendy membawaku ke sebuah tempat makan. Tanpa aku tau Rendy ternyata sudah janjian dengan seseorang dan itu cewek. 'Apa yang dipikirkan olehnya?' Batinku.
"Rendy." Ujar cewek itu memanggilnya. Aku mengikuti Rendy dari belakang.

"Ra, kenalin ini Bella. Bella ini Tara." Ujar Rendy memperkenalkan kami berdua.
"Tara." Ujarku sambil mengulurkan tangan namun cewek itu tidak membalas uluran tanganku. Memang cewek itu sangat cantik. Bahkan seperti seorang model.
"Kamu mau maafin aku kan ren." Ujar Bella sambil memegang tangan Rendy.
"Gue udah maafin lo ko." Ujar Rendy cuek lalu melepaskan tangan Bella.
"Berarti kita masih bisa kan?" Ujar Bella. Aku diabaikannya seperti kambing congek.
"Sorry gue gak bisa bel. Btw kalo udah selesai gue harus pergi sekarang." Ujar Rendy. Lalu ia mengajakku pergi meninggalkan Bella.
"Mau kemana lagi?" Ujarku mengikuti Rendy yang berjalan di depanku.
"Makan." Ujarnya santai.
"Kenapa gak makan di tempat tadi aja?" Ujarku sebal.
"Gue gak suka tempatnya." Ujar Rendy tetap tidak menoleh kearahku.
'Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Apa Rendy masih ada rasa sama cewek itu?' Batinku.
"Jangan diem mulu, ayo." Ujar Rendy merangkulku. Kami pun pergi menuju sebuah rumah makan. Rumah makan yang sederhana namun nyaman.
"Lo sering ke sini?" Ujarku melihat ke sekeliling.
"Lumayan, bonyok suka makan di sini." Ujarnya santai. "Lo mau makan apa?" Ujarnya lagi.
"Gue mau ayam bakar sama minumnya orange juice." Ujarku pada Rendy.
"Mba ayam bakar 2 sama orange juice 2." Ujar Rendy memesan makanan. Tidak beberapa lama makanan kamu pun datang.
"Tumben ngajak makan gue di luar?" Ujarku sambil memainkan sedotan yang ada pada gelas.
"Lagi pengen jalan aja." Ujarnya santai memakan ayam bakarnya.
"Kirain." Ujarku pelan.
"Kenapa?" Ujar Rendy seperti mendengar ucapanku.
"Gak ko." Aku mulai memakan makananku. Hening menyelimuti kami berdua. Setelah selesai makan Rendy mengajakku untuk pergi kembali. Selama perjalanan aku hanya diam aku enggan untuk mengucapkan sepatah kata pun.
"Menurut lo Bella gimana?" Ujarnya membuka percakapan.
"Cantik." Ujarku singkat.
"Kalo gue balikan sama dia gimana?" Ujar Rendy santai pandangannya masih menatap lurus ke depan. Aku hanya diam. "Ra, lo ko diem?" Ujarnya lagi.
"Lo mau balikan sama dia?" Ujarku malah balik bertanya.
"Hmm, Bella cantik si, sayang juga kalo gue tolak kan." Ujar Rendy dengan nada serius. Deg. Jantungku terasa berhenti saat itu mendengar ucapannya. Hening menyelimuti kami kembali. Rendy mengajakku ke sebuah toko boneka.
"Menurut lo kalo cewek suka yang mana?" Ujarnya meminta pendapatku.
Aku menunjuk boneka beruang besar berwarna coklat. "Mungkin yang itu." Ujarku asal.
"Mba saya beli yang ini." Ujar Rendy kepada mba-mba di toko itu. Setelah membayar boneka itu kami pun berjalan pergi kembali.
"Gue gak ngerti sama lo." Ujarku dengan tatapan mata keluar jendela mobil. Rendy hanya diam.
"Tadi lo nolak ajakan Bella, tapi lo bilang mau ngajak dia balikan. Malah sampe beliin boneka buat nembak dia lagi kan?" Ujarku dengan menahan kesal.
"Gue gak mau semudah itu buat dia, setelah dia ngeduain gue sama Eza." Ujar Rendy santai.
"Jadi lo marah gue deket sama ka Eza karna lo dendam sama dia." Ujarku kesal. "Jangan-jangan lo bawa gue cuma mau bikin Bella cemburu. Gue mau pulang." Ujarku lagi.
"Ok kita pulang." Ujar Rendy santai. Rumah sangat sepi tidak ada seorang pun di sana hanya aku dan Rendy. Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar. Air mataku sudah tidak bisa terbendung.
Tokk.. Tokk.. Terdengar suara pintu aku tidak memperdulikannya. "Padahal hari ini hari terakhir gue. Tapi kenapa malah begini." Ujarku sedih.
Aku melihat ke arah jam sudah jam 12 malam. Rumah sepi seperti tidak ada orang. Mataku sembap karna menangis semalaman. Aku keluar kamar karna ingin minum saat aku membuka pintu kamar sebuah boneka tergeletak di sana. Boneka yang tadi siang Rendy beli.
"Mau nya apa si ini orang?" Ujarku sebal. Aku mengambil boneka itu dan aku masuk kedalam kamarnya. Rendy masih belum tidur dia sedang memainkan laptopnya.
"Kenapa lo naro bonekanya di depan kamar gue?" Ujarku kesal.
"Buat lo." Ujarnya santai.
"Lo kasih aja ke Bella." Ujarku melemparkan bonekanya ke dia. Dan bergegas pergi. Namun Rendy menarik tanganku dan memelukku.
"Boneka itu emang buat lo ko bukan Bella." Ujar Rendy masih memelukku.
"Tapi kata lo buat cewek." Ujarku melepaskan pelukannya.
"Lo cewek kan? Apa jangan-jangan lo bukan cewek lagi." Ujarnya mengamatiku dari atas sampai bawah.
"Enak aja." Ujarku sambil cemberut. "Tapi bukannya lo mau balikan sama Bella?" Ujarku masih dengan wajah cemberut. Namun Rendy malah tertawa.
"Jangan ketawa." Ujarku sebal.
"Gue tadi iseng aja bikin lo kesel. Sekalian gue mau liat gimana perasaan lo sama gue. Ternyata lo suka kan sama gue." Ujar Rendy dengan pd nya.
"Enak aja, gak ko." Ujarku mengingkarinya. Namun Rendy menarikku dan dia menciumku.
"Gue sayang sama lo." Bisik Rendy. Aku menunduk malu. "So?" Ujar Rendy menunggu jawabanku.
"Gue juga sayang sama lo." Ujarku memeluknya.
"Lo jangan selingkuh sama Eza ya." Ujar Rendy di telingaku.
"Tergantung." Ujarku.
"Lo berani?" Ujar Rendy melihatku dengan muka kesal. Aku mencium pipinya lalu keluar membawa boneka beruang.
"Aku gak bakal selingkuh ko. Aku tidur dulu ya, night sayang." Ujarku sambil mengedipkan mata sebelum menutup pintu. Rendy hanya tertawa melihatku. Keesokan harinya aku pindah ke rumahku. Rumahku dan Rendy sekarang bersebrangan. Kedua orang tua kami pun sangat senang mengetahui kami sekarang sudah resmi pacaran. Walaupun terkadang Rendy jutek aku tetap menyayanginya.

The End

No comments:

Post a Comment