Aku benci hidupku. Aku tidak
menyangka akan mengalami ini semua. Setelah kematian orang tuaku, aku harus
tinggal bersama kakakku. Karna yang aku punya hanyalah dia sekarang. Aku tidak
pernah akrab dengannya karena kakakku tinggal di Bandung.
Kakakku sibuk bekerja di sebuah
perusahaan swasta. Dia belum menikah dan dia tinggal dengan seorang pembantu
yang membantunya mengurus rumah selama dia bekerja. Jujur saja sejak awal aku
tidak betah disini. Apalagi tempat ini tidak menarik. Membosankan lebih
tepatnya. Tapi entah kenapa seketika semuanya berubah saat aku bertemu
dengannya.
Namanya Ryo, dia adalah anak dari
salah satu tetangga kakakku. Saat aku sedang melamun di balkon rumah aku
melihatnya sedang duduk di balkon juga. Dia terus memperhatikan ke arahku.
Mungkin dia heran karna belum pernah melihatku sebelumnya. Tapi aku tak
memperdulikannya. Aku tidak punya niat untuk mengajaknya bertegur sapa. Saat
aku menoleh lagi dia telah pergi.
Aku lapar. Aku pun turun untuk makan,
tetapi terdengar bel rumah berbunyi. "Ta, tolong buka pintu liat siapa
yang dateng." Seru kakakku dari dapur yang sedang sibuk memasak bersama
bibi. Dengan malas aku langkahkan kakiku. Aku pun membuka pintu dengan malas.
'Siapa si?' Kataku dalam hati.
"Nyari siapa?" Tanyaku
jutek
"Kak Vivi nya ada?" Tanya
cowok itu masih dengan senyumnya yang ramah.
"Kak, ada yang nyari ni."
Teriakku cukup kencang.
"Iya bentar lagi, suruh masuk
aja dulu." Seru kakakku dari dalam rumah.
"Ayo masuk."
Tak berapa lama Kak Vivi datang,
melihatnya menuju ke arah kami berdua. "Kak, aku ke dalem ya."
"Eh tunggu dulu, sini dulu
bentar." Kak Vivi menarik tanganku untuk duduk kembali.
"Ini Ryo, tetangga sebelah
kita. Dia ini anaknya sahabat mamah. Kakak sengaja manggil dia buat nemenin
kamu."
"Kak, emangnya aku anak
kecil?" Aku sedikit merasa kesal karna ulah kakakku. Terperangkap disini
saja sudah membuatku jengkel. Sekarang ditambah dengan peristiwa ini. Ini baru
hari pertama besok apa lagi? Batinku mulai mengeluh.
"Kamu mau kan yo temenin Lista?
Kasian kan dia kalo dirumah terus." Sambung kakak tanpa menghiraukan
ucapanku tadi.
"Tenang aja kak. Nanti aku ajak
ka Listanya jalan-jalan biar dia gak bosen dirumah.". Thanks kak, kakak
mang kakak terbaik. Kakak udah bikin aku bener-bener malu. Batinku kesal.
"Ka? Maksudnya ka Lista?"
"Ryo ini satu tahun lebih muda
dari kamu. Oh ya, kamu udah makan yo?"
"Udah ko kak. Aku pulang dulu
ya. Nanti kalo ka Lista mau jalan-jalan. Sms aku aja. Kak Vivi punya ko nomor
aku." Kata Ryo sembari pamit.
Aku tidak mengirim pesan satu pun
untuk Ryo. Karna aku malas harus jalan dengan orang yang baru aku kenal. Lebih
baik aku terkurung dirumah. Sejak kematian mamah aku jadi lebih suka menyendiri
mungkin itu alasannya kenapa Kak Vivi meminta tolong pada Ryo. Tapi aku tak
peduli sebaik apa pun usaha kakakku dia melakukannya tanpa persetujuanku dan
aku benci itu. "Semoga besok sekolah tidak menyebalkan." Kataku
sebelum tidur.
"Ta, bangun udah jam 6 kurang.
Kamu kan harus sekolah jam setengah 7." Kakaku membangunkan tidurku.
"Bentar lagi." Jawabku
malas.
"Kamu ini, cepetan nanti
terlambat." Aku pun akhirnya bangun. Aku malas harus mendengar ocehannya.
Setelah mandi dan berpakaian dengan malas aku menuruni anak tangga.
"Hai ka Lista." Sapa
seorang cowok di meja makan. Sepertinya suaranya tak asing. Seketika pun aku
sadar.
"Lo ngapain dirumah gue?"
Setelah ini apalagi tuhan? Batinku.
"Kamu ko ngomongnya gitu? Ryo
itu kesini jemput kamu, lagian kalian kan satu sekolah." Kata Kak Vivi
yang berada di meja makan juga. "Kamu makan dulu ni, nanti
terlambat." Tambahnya lagi.
Aku pun duduk dan mengikuti apa
kata-katanya. Bukan berarti karna aku mau. Tapi karna aku tak bisa berbuat
banyak.
"Kak, aku berangkat ya."
Kataku yang hanya meminum segelas susu tanpa menyentuh roti bakar yang ada
didepanku.
"Kamu gak makan dulu?"
Tanya kakakku.
"Ntar aja di sekolah. Ayo
berangkat." Mataku melirik kearah Ryo yang sudah selesai dengan
sarapannya.
"Kak berangkat dulu ya."
Kami pun meninggalkan Kak Vivi di meja makan.
"Lo kenapa si mau aja di suruh
kakak gue?" Tanyaku kesal dan aneh.
"Kan lo udah tau nyokap lo tuh
temennya nyokap gue. Jadi lo jangan nyangka gue mau lakuin ini karna gue
mau." Jawab Ryo sambil memakai helm. "Ayo naik katanya gak mau
telat." Tambahnya lagi.
"Serigala berbulu domba."
Keluhku pelan.
"Apa?" Tanya Ryo yang
sepertinya sedikit mendengar ucapanku.
"Gak ayo jalan." Kataku
setelah naik ke motornya. Lima belas menit kemudian kami pun sampai di sekolah.
Jarak yang harusnya ditempuh 30 menit hanya dalam 15 menit dapat ditempuh.
"Gila lo mau mati gak usah ngajak-ngajak."
Ujar ku kesal.
"Kalo gue bawa biasa yang ada
kita telat. Makanya kalo bangun jangan siang neng." Jawab Ryo santai.
Aku kesal lalu hendak
meninggalkannya pergi. Tapi di sekolah ini hanya dia yang aku kenal. Terpaksa aku
berhenti untuk menunggunya.
"Ko gak jadi masuk? Nungguin
gue kan?" Ujar Ryo dengan pd nya.
"Gue kan anak baru. Kalo gue
sok tau yang ada gue nyasar."
"Sini ikut gue. Gue anter ke
ruang guru." Ryo pun merangkulku. Entah cuma perasaan atau apa anak-anak
disekelilingku melihat ke arah kami berdua. Apa yang aneh? Aku tak mengerti tapi
aku tidak memperdulikannya.
"Ko berhenti." Tanyaku
bingung karna Ryo menghentikan langkahnya. Saat aku melihat ada seorang guru
yang sedang duduk disana.
"Pagi bu. Ini anak baru dari
Jakarta. Dia mau keruang guru katanya."
Apa? Kalo kaya gini juga aku bisa
sendiri. Gak usah minta tolong dia. Awas aja dia ntar. Bantinku kesal.
"Kamu Lista Putriana dari SMA
Kartini?" Tanya guru itu ramah.
"Iya bu." Jawabku sambil tersenyum
seadanya.
"Bu saya mau ke kelas dulu ya
bentar lagi bel." Kata Ryo, iya mencium tangan guru dan pergi meninggalkan
kami berdua.
"Saya bu Amanda guru bp
disekolah ini. Mari ikut." Aku pun mengikuti bu Amanda.
Suasana sekolah tidak ada yang berbeda. Harus aku akui sekolah ini lebih luas dari sekolah lamaku. aku dan bu Amanda menelusuri lorong sekolah. Dan kami berhenti di depan kelas yang bertuliskan XII IPA 1.
Suasana sekolah tidak ada yang berbeda. Harus aku akui sekolah ini lebih luas dari sekolah lamaku. aku dan bu Amanda menelusuri lorong sekolah. Dan kami berhenti di depan kelas yang bertuliskan XII IPA 1.
"Tok tok permisi." Kata bu
Amanda sambil membuka pintu. Tampak seorang guru perempuan sedang mengajar di
dalam.
"Ada apa bu Amanda." Kata
guru itu dengan ramah sambil menghampiri ke arah kami berdua.
"Begini Bu Wiwit ini Lista anak
pindahan dari Jakarta yang kemarin saya ceritakan."
"Saya Bu Wiwit guru bahasa
Indonesia sekaligus walikelas XII IPA 1." Bu Wiwit tersenyum kearahku dan
aku pun tersenyum seadanya.
"Kalo begitu saya kembali ke
ruang bp dulu bu." Bu Amanda pun meninggalkan kami. Setelah bu Amanda
pergi bu Wiwit mengajakku masuk ke kelas. Tampak olehku sosok yang tidak asing
lagi. Ryo? Ko dia di kelas ini?
"Nah anak-anak hari ini kita
kedatangan seorang teman baru dari Jakarta. Namanya Lista Putriana. Nah Lista
kamu boleh duduk disana." Bu Wiwit pun mempersilahkanku untuk duduk.
"Hai gue Kartika." Sapa
teman sebangkuku sambil mengulurkan tangannya.
"Lista." Kataku tanpa
menyambut uluran tangannya. Tampak dia sedikit kecewa tapi aku tak perduli. Aku
tidak ingin melakukan percakapan yang bertele-tele karna itu membosankan
untukku.
Pelajaran berlangsung sangat lama
untukku dan aku bosan. Aku hanya memperhatikan ke luar jendela. Pepohonan yang
bergoyang ditiup angin dan matahri yang bersinar cerah.
Bel istirahat pun berbunyi. Karna tidak enak aku pun mengajak Kartika ke kantin. "Kantin yuk." Tanpa menoleh aku berjalan keluar kelas.
Bel istirahat pun berbunyi. Karna tidak enak aku pun mengajak Kartika ke kantin. "Kantin yuk." Tanpa menoleh aku berjalan keluar kelas.
"Lista tungguuu..."
Seperti yang kuduga dia mengejarku.
"Eh Lis, lo ngerasa gak pada
ngeliatin lo?" Tanya Tika yang sekarang sudah berjalan disampingku.
"Iya tau ko, dari gue baru
nyampe gerbang mereka ngeliatin gue." Tika hanya diam seperti sedang
berfikir. Sampai di kantin kami pun memesan makanan dan minuman lalu duduk di
meja yang kosong masih dengan tatapan mata yang mengarah kearah kami.
"Eh lo tau Ryo yang tadi duduk
di pojok? Bukannya dia harusnya masih kelas 2." Tanyaku sambil memakan bakso
yang tadi sudah ku pesan.
"Iya dia itu loncat kelas.
Makanya sekarang kelas 3. Btw lo kan belum kenal sama anak-anak ko lo bisa kenal
Ryo?" Tika tampak binggung.
"Dia tetangga gue. Tadi juga
gue berangkat bareng sama dia."
"What?" Tika kaget.
"Apaan si lo Tik? Jangan teriak
tiba-tiba dong."
"Pantes lo diliatin dari
tadi."
"Maksudnya?" Aku tidak
mengerti apa yang dia maksud.
"Ryo itu salah satu dari cowok
populer di sekolah ini. Dia itu anak basket, pinter, baik, cakep lagi. Perfect
kan?"
"Serigala kaya dia?" Aku hanya
tertawa membayangkan dia menjadi pujaan para cewek.
"Ko serigala si?" Tika
tampaknya tak mengerti dengan apa yang aku ucapkan. Tapi biarlah.
"Hmm, jangan-jangan lo juga
naksir dia lagi?" Tanyaku usil. Sepertinya Tika anak yang menyenangkan
pikirku.
"Ya gak juga si. Gue mah
sukanya sama Angga ta, yang tadi duduk sebelah Ryo." Akunya dengan jujur.
"Lo polos banget si? Bisa ngaku
kalo lo suka Angga ke orang yang baru lo kenal kaya gue. Terus kalo lo gak suka
sama dia ko lo muji dia."
"Ya abis itu kenyataan si.
Hehehe." Tika hanya nyengir kuda. Dasar ini anak. Kami berdua pun
melanjutkan makan. Tanpa kami sadari 2 orang cowok menghampiri kami.
"Boleh gabung?" Tanya Ryo
dengan ramah.
"Boleh ko duduk aja, iya kan
ta." Ujar Tika sambil menyenggol tangan Lista.
"Ha? Iya deh." Aku
terpaksa mengiyakan karna kulihat Ryo bersama Angga.
"Lo ntar balik duluan aja, gue
mau latian basket." Kata Ryo sambil melihat ke arahku.
"Oke, gue bisa ko pulang
sendiri. Tik ke kelas yuk, gue udah kenyang." Sebenarnya aku tidak tega
sama Tika apalagi saat kulihat dia gembira melihat Angga dari jarak dekat.
"Bentar dulu ta. Gue belom
selesai." Tika menahanku karna memang makanannya belum habis. Aku tidak
berselera makan karna ada Ryo, aku masih kesal dengannya.
"Lo buru-buru banget ta.
Jangan-jangan gue sama Ryo ganggu ya?" Angga pun angkat bicara.
"Eh gak ko, gue cuma ... "
Belum sempat aku melanjutkan ucapanku tapi Ryo memotongnya.
"Cuma grogi aja kan deket
gue." Kata Ryo sambil mengedipkan sebelah matanya. Lelucon itu mampu membuat
mereka ketawa tetapi membuatku tambah kesal dengannya.
"Pd banget lo yo." Kata
Tika
"Ryo itu pd nya udah over
dosis. Maklum obatnya abis." Kata Angga sambil melirik Ryo.
"Enak aja lo ngga. Pluk."
Ryo menjitak kepala Angga mereka tertawa tetapi hanya aku yang tidak. Bel pun
berbunyi akhirnya kami beranjak menuju kelas. Sesekali Tika menunjukkan ruangan
yang ada di sekolah.
Pelajaran demi pelajaran berganti
sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi. "Huh, akhirnya bisa pulang."
Keluhku. Rasanya hidupku akan terasa panjang dan membosankan. Setibanya dirumah
aku langsung masuk kamar dan tidur. Hari ini aku lelah melihat banyak sorot
mata melihat ke arahku.
Keesokkan harinya aku bangun lebih
awal. Karna aku tidak mau berangkat bareng Ryo lagi. Aku tidak suka dengannya.
Namun dia sudah ada di depan rumah. "Shit." Ujarku pelan.
"Lo gak punya kerjaan ya tiap
pagi jemput gue?" Keluhku.
"Lo lupa ya? Lo kan tanggung
jawab gue. Jadi ka Lista yang cantik lo harus nurut sama gue oke." Kata
Ryo sambil mengacak-acak rambutku.
"Gak mau. Gue mau berangkat
sendiri." Aku hendak pergi tetapi tangannya menarik tanganku dengan cepat.
"Lo mau telat? Sekarang liat
jam lo." Aku pun akhirnya melirik jam tanganku. Aku pun terkejut saat
melihat jam 6 lewat 15 kalo aku paksa berangkat sendiri aku bisa telat. Tapi
kalo bareng dia, gengsi ah.
"Ya kalo lo mau telat si gak
apa-apa. Kalo gitu gue duluan ya." Ryo mengenakan helmnya bergegas untuk
pergi.
"Tunggu, gue ikut."
Akhirnya aku menyerah untuk kali ini dia boleh menang tapi tidak lain kali.
Kami pun berdua berangkat. Hari ini
berjalan begitu cepat tanpa terasa mungkin karna aku telah terbiasa dengan
sekolah ini. Hari ini aku dapat jadwal piket jadi aku akan pulang terlambat.
Hanya ada 4 orang didalam kelas aku, Angga, Putri dan Anton.
Setengah jam kemudian kelas sudah
bersih Putri dan Anton sudah pulang tinggal aku dan Angga. "Eh ngga, lo
udah punya pacar?" Tanyaku memecahkan kesunyian di kelas.
"Belom, kenapa ta?" Angga
terlihat binggung dengan pertanyaanku.
"Ya gak apa-apa. Kalo boleh tau
ni ya tipe cewek lo kaya apa?" Tanya ku lagi. Kali aja aku bisa membantu
Tika. Batinku.
"Ta, lo gak suka kan sama gue?
Gue gak enak nanti sama Ryo ntar disangkanya gue TMT lagi." Angga mulai
terlihat canggung.
"Aduh ngga. Lo udah ketularan
pd nya si Ryo ya? Kalo gue suka sama lo ngapain gue to the point nanya tipe
cewek lo kaya gimana, mang gue gak punya malu apa." Ujarku kesal.
"Hehehe oh iya." Kata
Angga sambil nyengir kuda. "Terus kenapa lo nanya gitu? Lo mau nyomblangin
gue ya?" Angga menarik alisnya keatas. Aduh nih anak emang udah ketularan
Ryo.
"Iya, lo mau gak?" Jawabku
to the point karna risih melihat tingkah Angga. Semakin lama tingkahnya bikin
ilfeel, dia emang keren ketua basket lagi tapi tingkahnya ini yang gak nahan.
"Yah gue udah punya inceran ta,
lo tau kan yang duduk sama lo. Gue si udah lama suka sama dia cuma gak ada
kesempatan buat deketin dia. Jangan bilang Ryo ya bisa diecengin ntar
gue." Aku Angga jujur.
"Oke deh, besok lo gak ada
acara kan? Kita jalan." Kataku sambil tersenyum.
"Lama banget si dari tadi gue
tungguin juga." Tiba-tiba Ryo masuk mengagetkan kami.
"Lo ngapain masih
disekolah?" Tanyaku heran. Angga yang sudah mengetahui Ryo menungguku pun
pergi.
"Gue balik duluan ya."
Kata Angga kepadaku dan Ryo.
"Besok jangan lupa ya
ngga." Kataku mengingatkan Angga. Angga menoleh dan tersenyum menyatakan
setuju. Rencanaku harus berhasil. Tanpa aku sadari sebenarnya Ryo tampak
terlihat kesal.
"Ayo pulang." Ucapnya
datar, tanpa menoleh kearahku. Aku tidak tau ada apa dengan ni anak. "Lo
kenapa si?" Tanyaku setelah bisa mengejarnya. Tapi dia hanya diam tidak
menjawab pertanyaanku.
"Lo gak mungkin kan
cemburu?" Kataku asal. Ryo menghentikan langkahnya. Dia berbalik
menghadapku. Tanpa disangka dia menciumku.
"Mulai sekarang lo gak boleh
deket-deket sama cowok lain termaksud Angga. Sekarang kita pacaran." Aku
hanya diam membeku. What? Aku sama dia?
"Kenapa lo yang mutusin? Kalo
gue gak mau?" Tanyaku kesal.
"Karna lo milik gue jadi lo
harus mau. Oke cantik." Ryo hanya tersenyum dan mengacak-acak rambutku.
Terlihat dia sudah kembali seperti biasa. Diperjalanan pulang tak ada sepatah
kata pun yang aku ucapkan. Aku kesal karna dia seenaknya mengaturku, apa hak
dia? Bahkan dia dengan seenaknya menciumku. Ketika sampai rumah aku langsung
masuk ke dalam rumah. Aku sebel sama dia.
Pipp pipp....
Handphoneku berbunyi. Terlihat ada satu sms masuk dari nomor
yang tidak aku kenal.
Aku
membuka pesan itu, tertulis:
Maaf untuk kejadian tadi. Gue tau lo pasti marah banget sama
gue.
Tapi gue serius ka, dari awal gue liat lo gue udah suka sama
lo. Do you want to be my girlfriend?
By » Ryo
Aku pun mengetik balasannya.
Bagaimana pun juga aku membutuhkannya untuk melancarkan misiku besok.
Besok pulang sekolah kita jalan.
By » Lista
Aku memang tertarik dengannya, tapi
aku juga kesal dengannya. Dia selalu membuatku kesal. Tapi entah kenapa aku
tidak bisa membencinya. Aku mulai gila karna aku mulai menyukainya. 'Shit'
ucapku pelan.
Terdengar bunyi handphoneku lagi,
ada balasan dari Ryo.
Ok, sekarang bisa gak keluar. Gue
udah nungguin lo dari tadi.
By » Ryo
Mau ngapain lagi si ni anak. Aku
berjalan menuju balkon. Aku melihat kebawah dan benar dia tengah duduk di atas
motornya. Saat dia melihatku dia tersenyum dan menyuruhku turun. Aku hanya
mengangkat bahu menandakan setuju.
"Apa lagi?" Kataku datar.
Mukanya terlihat sedikit lesu dengan ucapanku. Bukannya dia tau aku memang
begini? Biarkan lah.
"Ikut gue yuk." Katanya
menarikku untuk mengikutinya. Aku akhirnya menurut dan menaiki motornya.
"Mau kemana si?" Tanyaku
tapi dia hanya diam.
"Dasar serigala." Ujarku
sebal. Aku sudah tidak peduli dia mendengarku atau tidak. Tidak lama kemudian
kami berhenti di sebuah taman. Taman yang indah. Taman itu tidak jauh dari
komplek perumahan kami bahkan masih di komplek perumahan.
"Ngapain si kita malem-malem
kesini?" Aku mulai kedinginan hanya menggenggam erat tubuhku sendiri.
"Liat bintang." Jawabnya
singkat.
"Hasyim..." Ryo menoleh
kearahku, dia tersenyum lalu membuka jaketnya dan memakaikannya di bahuku.
"Thank's, tapi gue mau
pulang." Kataku lagi. Aku alergi dingin. Kenapa dia mengajakku kesini si?
Aku ingin pulang tingkahku sekarang sudah seperti anak kecil yang minta
dibelikan balon.
"Lo suka liat bintangkan?"
Ryo tampak tidak memperdulikan apa yang aku minta. Dia langsung duduk seakan
tidak mendengar permintaanku. Aku pun akhirnya hanya bisa diam dan ikut duduk
disebelahnya.
"Ya tapi dulu. Udah yuk kita
pulang." Pintaku lagi. Aku memang suka melihat bintang. Tapi itu hanya
membuatku ingat dengan orang tuaku.
"Awalnya gue gak mau disuruh
nyokap buat nemenin lo. Waktu itu gue mau minta maaf sama ka Vivi karna gue gak
bisa bantu dia." Ujar Ryo
"Terus kenapa akhirnya lo
mau?" Tanyaku tak mengerti.
"Karna gue liat lo dari balkon.
Lo lagi duduk di balkon rumah dan diam menatap langit." Jelasnya.
"Terus?"
"Dari situ gue mulai tertarik
dan akhirnya gue setuju."
"Kalo dari awal lo suka sama
gue, kenapa lo selalu bikin gue sebel?" Aku mulai kesal mengingat ulah Ryo
sejak pertama berangkat sekolah.
"Iseng aja." Jawabnya
singkat dengan diiringi cengirannya. Aku pun berdiri hendak pergi tapi tanganku
sudah ditarik olehnya.
"Gue boong ko. Karna gue gak
mau liat lo diem. Makanya gue bikin lo kesel. So do you want to be my
girlfriend?"
"Terserah deh tapi kita balik
sekarang ya alergi gue kambuh nih." Keluhku sambil menggaruk tanganku yang
mulai gatal.
"Oke deh sayang kita
pulang." Katanya sambil mengacak rambutku. Huh kenapa si Ryo selalu
mengacak rambutku. Tapi kenapa aku senang? Aku pun turun dari motor dan
melepaskan jaketnya. "Nih pake, ntar lo masuk angin gue lagi yang
diomelin." Ujarku sambil memberikan jaketnya.
"Gue balik ya, nice
dream." Ujarnya lembut dengan senyumnya yang khas.
Keesokkan paginya. "Ta, bangun. Udah jam setengah 6 tuh." Ujar ka Vivi membangunkanku
Keesokkan paginya. "Ta, bangun. Udah jam setengah 6 tuh." Ujar ka Vivi membangunkanku
"Hoammm.." Aku pun bangun.
Kemudian aku bersiap ke sekolah. "Tuh kan pada merah" ujarku saat
bercemin. "Untung cuma tangan." Aku pun mengambil sweater biruku lalu
mengenakannya.
"Tangan kamu gimana?"
Tanya kakakku saat kami sedang sarapan.
"Udah gak apa-apa ko ka."
Kataku sambil menunjukkannya kepada kakakku. Suara motor terdengar itu pasti
Ryo. Tanpa basa basi lagi aku pun pamit untuk berangkat.
Kami pun berangkat ke sekolah. Tidak ada yang aneh seperti biasa. Bahkan tidak ada yang kami bicarakan. Saat kami sedang berjalan melewati lorong aku melihat Tika baru diantar kakaknya.
Kami pun berangkat ke sekolah. Tidak ada yang aneh seperti biasa. Bahkan tidak ada yang kami bicarakan. Saat kami sedang berjalan melewati lorong aku melihat Tika baru diantar kakaknya.
"Tika." Sapaku sambil
melambaikan tangan. Tika menoleh ke arahku dan dia tersenyum. Dia pun menuju
kearah kami berdua.
Sepanjang jalan menuju kelas aku dan
Tika banyak berbicara tetapi Ryo hanya diam. Aku tak tau apa yang terjadi
padanya. Hingga sampai di kelas pun dia tidak banyak bicara.
Aku mulai khawatir. Akhirnya aku pun mengambil handphone dan mengirim pesan untuknya.
Aku mulai khawatir. Akhirnya aku pun mengambil handphone dan mengirim pesan untuknya.
Are you ok?
By » Lista
Tak lama handphoneku bergetar
menunjukkan ada pesan.
I'm ok
By » Ryo
Aku pun menoleh ke arahnya dan dia
tersenyum. Setelah melihatnya tersenyum, aku kira dia memang baik-baik saja.
"Eh ka, ntar pulang sekolah jalan yuk, kan kita pulang cepet tuh."
Kataku setelah ingat akan rencana kemarin.
"Mau kemana ta?"
"Gimana kalo nonton aja, mau
gak?" Ajakku lagi
"Boleh, tapi kita berdua
aja?"
"Mana boleh gue pergi kalo gak
ada Ryo sama kakak gue." Ujarku sedikit kesal mengingat pesan kakakku.
"Terus gue sama siapa?"
Tika terlihat sedih.
"Pokoknya lo tenang aja. Semuanya
udah gue atur. Oke? " Ujarku sambil mengedipkan mata.
Hari berlalu dengan cepat hingga bel
pulang pun berbunyi. aku pun membereskan bukuku dengan cepat. Ryo menghampiriku
"Gue ke toilet dulu ya, ketemu di parkiran aja." Ujarnya sebelum dia
meninggalkan kelas.
Ada yang aneh darinya hari ini.
Entah kenapa aku merasa khawatir. Akhirnya ku atur ulang rencanaku. "Ayo
tik, kita tunggu di parkiran." Ujarku sambil menarik tangan Tika yang
masih sibuk merapikan tasnya.
Aku dan Tika menunggu di parkiran,
tak lama kemudian aku melihat Ryo datang. Dia sedikit kaget melihatku bersama
Tika. Dan tidak lama kemudian aku melihat Angga. "Angga sini." Ujarku
sambil melambaikan tangan.
"Angga lo sama Tika ya."
Kataku sambil mengedipkan mata. Akhirnya kami berempat pun pergi ke bioskop.
Saat hendak memilih film apa yang akan kami tonton handphoneku berbunyi.
"Bentar ya, gue terima telepon
dulu." Ujarku kepada mereka lalu pergi sedikit menjauh. Sesudah menutup
telepon dengan tampang kecewa aku mendekati mereka.
"Yah, gue harus buru-buru
pulang." Ujarku sedih
"Terus kita gak jadi nonton
ta?" Tanya Tika dengan nada kecewa.
"Ya udah lo nonton sama Angga
aja. Gue pulang sama Ryo. Lo gak apa-apa kan ngga nonton berdua aja sama
Tika."
"Yaudah gak apa-apa, ayo ka
kita nonton." Kata Angga mengajak Tika.
"Gue gak ngerti sama jalan
pikiran lo deh." Akhirnya setelah sekian lama Ryo mengeluarkan suaranya.
"Maksudnya?" Tanyaku
pura-pura tidak mengerti.
"Kemarin lo yang ngajak gue
jalan. Tiba-tiba lo juga ngajak Angga sama Tika. Gue kira lo mau ngajak gue
kencan gitu." Ujarnya sedikit kesal.
"Ya emang rencananya buat
mereka berdua. Lagian gue males jalan liat tampang lo yang diem aja kaya patung."
"Sorry." Ujarnya lesu.
Aku dan Ryo pun akhirnya pulang.
Saat sampai di depan rumahku aku mengajaknya untuk masuk. "Ayo
masuk." Aku menarik tangannya agar mengikutiku. Kami pun menuju balkon
rumah dan aku menyuruhnya duduk disana.
"Bentar ya, gue ambil minum
dulu." ujarku. Tak lama kemudian aku kembali dengan membawa dua gelas es
jeruk.
"Nih, lo diomelin kak Vivi
kan?" Ujarku sambil memberikan minuman.
"Sorry gara-gara gue alergi lo
kambuh." Katanya dengan nada merasa bersalah.
"Udah gak apa-apa kok. Sejak
kematin kedua orang tua gue Kak Vivi emang jadi protective banget. Jadi dia gak
bisa liat gue kenapa-kenapa sedikit pun." Ujarku menjelaskan. Aku pun
menarik nafas dan melanjutkan omonganku. " Dulu gue emang suka liat
bintang. Tapi semenjak orang tua gue meninggal gue jadi gak suka lagi karna itu
ngingetin gue sama mereka."
"Gue mang kaya anak kecil
ya." Ujar Ryo sambil menunduk.
"Emang lo anak kecil."
Ujarku sambil tersenyum. Untuk pertama kalinya aku bisa bahagia setelah
kematian orang tuaku.
"Berarti lo pacaran sama anak
kecil dong." Kata Ryo sambil nyengir kuda seperti biasanya.
"Mang gue udah bilang ya kalo
gue nerima lo?" Ujarku meledeknya.
"Lo pasti nerima gue." Ujar
Ryo dengan pd nya.
"Sok tau lo." Ujarku
sambil menyenggol bahunya.
"Lo pasti mau." Ryo
menatapku dengan serius. Dan dia pun menciumku untuk kedua kalinya.
"Tuh kan lo mau. Bwee"
ujar Ryo sambil mengulurkan lidahnya.
"Dasar anak kecil." Ujarku
sebal.
"Hahaha makanya ka Lista jangan
jaim-jaim." Katanya sambil tertawa.
"Ka ka ka ka, emang gue kakak
lo?" Candaku.
"Bukan si, lo kan cewek gue."
Ucapnya sambil tersenyum.
"Kira-kira Angga sama Tika
jadian gak ya?" Ucapku sambil menatap langit.
"Mungkin aja."
"Kalo iya, nanti kita double
date ya." Ujarku sambil menoleh ke arah Ryo.
"Kita?" Kata Ryo dengan
wajah tak yakin.
"Yaudah kalo gitu kita gak jadi
pacaran." Ujarku sebal.
"Iya, iya, ntar kita double
date jangan ngambek dong." Ucapnya sambil mengacak-acak rambutku seperti
biasa.
Hari-hari pun kami lalui bersama.
Walaupun aku sempat sedih karna orang tuaku pergi tapi sekarang ada Ryo yang
selalu menemaniku.
The end
No comments:
Post a Comment