Saturday, 8 June 2013

HIDUP BUKAN SEKEDAR TENTANG KESEDIHAN



Aku benci hidupku. Aku tidak menyangka akan mengalami ini semua. Setelah kematian orang tuaku, aku harus tinggal bersama kakakku. Karna yang aku punya hanyalah dia sekarang. Aku tidak pernah akrab dengannya karena kakakku tinggal di Bandung.
Kakakku sibuk bekerja di sebuah perusahaan swasta. Dia belum menikah dan dia tinggal dengan seorang pembantu yang membantunya mengurus rumah selama dia bekerja. Jujur saja sejak awal aku tidak betah disini. Apalagi tempat ini tidak menarik. Membosankan lebih tepatnya. Tapi entah kenapa seketika semuanya berubah saat aku bertemu dengannya.
Namanya Ryo, dia adalah anak dari salah satu tetangga kakakku. Saat aku sedang melamun di balkon rumah aku melihatnya sedang duduk di balkon juga. Dia terus memperhatikan ke arahku. Mungkin dia heran karna belum pernah melihatku sebelumnya. Tapi aku tak memperdulikannya. Aku tidak punya niat untuk mengajaknya bertegur sapa. Saat aku menoleh lagi dia telah pergi.
Aku lapar. Aku pun turun untuk makan, tetapi terdengar bel rumah berbunyi. "Ta, tolong buka pintu liat siapa yang dateng." Seru kakakku dari dapur yang sedang sibuk memasak bersama bibi. Dengan malas aku langkahkan kakiku. Aku pun membuka pintu dengan malas. 'Siapa si?' Kataku dalam hati.
"Nyari siapa?" Tanyaku jutek
"Kak Vivi nya ada?" Tanya cowok itu masih dengan senyumnya yang ramah.
"Kak, ada yang nyari ni." Teriakku cukup kencang.
"Iya bentar lagi, suruh masuk aja dulu." Seru kakakku dari dalam rumah.
"Ayo masuk."
Tak berapa lama Kak Vivi datang, melihatnya menuju ke arah kami berdua. "Kak, aku ke dalem ya."
"Eh tunggu dulu, sini dulu bentar." Kak Vivi menarik tanganku untuk duduk kembali.
"Ini Ryo, tetangga sebelah kita. Dia ini anaknya sahabat mamah. Kakak sengaja manggil dia buat nemenin kamu."
"Kak, emangnya aku anak kecil?" Aku sedikit merasa kesal karna ulah kakakku. Terperangkap disini saja sudah membuatku jengkel. Sekarang ditambah dengan peristiwa ini. Ini baru hari pertama besok apa lagi? Batinku mulai mengeluh.
"Kamu mau kan yo temenin Lista? Kasian kan dia kalo dirumah terus." Sambung kakak tanpa menghiraukan ucapanku tadi.
"Tenang aja kak. Nanti aku ajak ka Listanya jalan-jalan biar dia gak bosen dirumah.". Thanks kak, kakak mang kakak terbaik. Kakak udah bikin aku bener-bener malu. Batinku kesal.
"Ka? Maksudnya ka Lista?"
"Ryo ini satu tahun lebih muda dari kamu. Oh ya, kamu udah makan yo?"
"Udah ko kak. Aku pulang dulu ya. Nanti kalo ka Lista mau jalan-jalan. Sms aku aja. Kak Vivi punya ko nomor aku." Kata Ryo sembari pamit.
Aku tidak mengirim pesan satu pun untuk Ryo. Karna aku malas harus jalan dengan orang yang baru aku kenal. Lebih baik aku terkurung dirumah. Sejak kematian mamah aku jadi lebih suka menyendiri mungkin itu alasannya kenapa Kak Vivi meminta tolong pada Ryo. Tapi aku tak peduli sebaik apa pun usaha kakakku dia melakukannya tanpa persetujuanku dan aku benci itu. "Semoga besok sekolah tidak menyebalkan." Kataku sebelum tidur.
"Ta, bangun udah jam 6 kurang. Kamu kan harus sekolah jam setengah 7." Kakaku membangunkan tidurku.
"Bentar lagi." Jawabku malas.
"Kamu ini, cepetan nanti terlambat." Aku pun akhirnya bangun. Aku malas harus mendengar ocehannya. Setelah mandi dan berpakaian dengan malas aku menuruni anak tangga.
"Hai ka Lista." Sapa seorang cowok di meja makan. Sepertinya suaranya tak asing. Seketika pun aku sadar.
"Lo ngapain dirumah gue?" Setelah ini apalagi tuhan? Batinku.
"Kamu ko ngomongnya gitu? Ryo itu kesini jemput kamu, lagian kalian kan satu sekolah." Kata Kak Vivi yang berada di meja makan juga. "Kamu makan dulu ni, nanti terlambat." Tambahnya lagi.
Aku pun duduk dan mengikuti apa kata-katanya. Bukan berarti karna aku mau. Tapi karna aku tak bisa berbuat banyak.
"Kak, aku berangkat ya." Kataku yang hanya meminum segelas susu tanpa menyentuh roti bakar yang ada didepanku.
"Kamu gak makan dulu?" Tanya kakakku.
"Ntar aja di sekolah. Ayo berangkat." Mataku melirik kearah Ryo yang sudah selesai dengan sarapannya.
"Kak berangkat dulu ya." Kami pun meninggalkan Kak Vivi di meja makan.
"Lo kenapa si mau aja di suruh kakak gue?" Tanyaku kesal dan aneh.
"Kan lo udah tau nyokap lo tuh temennya nyokap gue. Jadi lo jangan nyangka gue mau lakuin ini karna gue mau." Jawab Ryo sambil memakai helm. "Ayo naik katanya gak mau telat." Tambahnya lagi.
"Serigala berbulu domba." Keluhku pelan.
"Apa?" Tanya Ryo yang sepertinya sedikit mendengar ucapanku.
"Gak ayo jalan." Kataku setelah naik ke motornya. Lima belas menit kemudian kami pun sampai di sekolah. Jarak yang harusnya ditempuh 30 menit hanya dalam 15 menit dapat ditempuh.
"Gila lo mau mati gak usah ngajak-ngajak." Ujar ku kesal.
"Kalo gue bawa biasa yang ada kita telat. Makanya kalo bangun jangan siang neng." Jawab Ryo santai.
Aku kesal lalu hendak meninggalkannya pergi. Tapi di sekolah ini hanya dia yang aku kenal. Terpaksa aku berhenti untuk menunggunya.
"Ko gak jadi masuk? Nungguin gue kan?" Ujar Ryo dengan pd nya.
"Gue kan anak baru. Kalo gue sok tau yang ada gue nyasar."
"Sini ikut gue. Gue anter ke ruang guru." Ryo pun merangkulku. Entah cuma perasaan atau apa anak-anak disekelilingku melihat ke arah kami berdua. Apa yang aneh? Aku tak mengerti tapi aku tidak memperdulikannya.
"Ko berhenti." Tanyaku bingung karna Ryo menghentikan langkahnya. Saat aku melihat ada seorang guru yang sedang duduk disana.
"Pagi bu. Ini anak baru dari Jakarta. Dia mau keruang guru katanya."
Apa? Kalo kaya gini juga aku bisa sendiri. Gak usah minta tolong dia. Awas aja dia ntar. Bantinku kesal.
"Kamu Lista Putriana dari SMA Kartini?" Tanya guru itu ramah.
"Iya bu." Jawabku sambil tersenyum seadanya.
"Bu saya mau ke kelas dulu ya bentar lagi bel." Kata Ryo, iya mencium tangan guru dan pergi meninggalkan kami berdua.
"Saya bu Amanda guru bp disekolah ini. Mari ikut." Aku pun mengikuti bu Amanda.
Suasana sekolah tidak ada yang berbeda. Harus aku akui sekolah ini lebih luas dari sekolah lamaku. aku dan bu Amanda menelusuri lorong sekolah. Dan kami berhenti di depan kelas yang bertuliskan XII IPA 1.
"Tok tok permisi." Kata bu Amanda sambil membuka pintu. Tampak seorang guru perempuan sedang mengajar di dalam.
"Ada apa bu Amanda." Kata guru itu dengan ramah sambil menghampiri ke arah kami berdua.
"Begini Bu Wiwit ini Lista anak pindahan dari Jakarta yang kemarin saya ceritakan."
"Saya Bu Wiwit guru bahasa Indonesia sekaligus walikelas XII IPA 1." Bu Wiwit tersenyum kearahku dan aku pun tersenyum seadanya.
"Kalo begitu saya kembali ke ruang bp dulu bu." Bu Amanda pun meninggalkan kami. Setelah bu Amanda pergi bu Wiwit mengajakku masuk ke kelas. Tampak olehku sosok yang tidak asing lagi. Ryo? Ko dia di kelas ini?
"Nah anak-anak hari ini kita kedatangan seorang teman baru dari Jakarta. Namanya Lista Putriana. Nah Lista kamu boleh duduk disana." Bu Wiwit pun mempersilahkanku untuk duduk.
"Hai gue Kartika." Sapa teman sebangkuku sambil mengulurkan tangannya.
"Lista." Kataku tanpa menyambut uluran tangannya. Tampak dia sedikit kecewa tapi aku tak perduli. Aku tidak ingin melakukan percakapan yang bertele-tele karna itu membosankan untukku.
Pelajaran berlangsung sangat lama untukku dan aku bosan. Aku hanya memperhatikan ke luar jendela. Pepohonan yang bergoyang ditiup angin dan matahri yang bersinar cerah.
Bel istirahat pun berbunyi. Karna tidak enak aku pun mengajak Kartika ke kantin. "Kantin yuk." Tanpa menoleh aku berjalan keluar kelas.
"Lista tungguuu..." Seperti yang kuduga dia mengejarku.
"Eh Lis, lo ngerasa gak pada ngeliatin lo?" Tanya Tika yang sekarang sudah berjalan disampingku.
"Iya tau ko, dari gue baru nyampe gerbang mereka ngeliatin gue." Tika hanya diam seperti sedang berfikir. Sampai di kantin kami pun memesan makanan dan minuman lalu duduk di meja yang kosong masih dengan tatapan mata yang mengarah kearah kami.
"Eh lo tau Ryo yang tadi duduk di pojok? Bukannya dia harusnya masih kelas 2." Tanyaku sambil memakan bakso yang tadi sudah ku pesan.
"Iya dia itu loncat kelas. Makanya sekarang kelas 3. Btw lo kan belum kenal sama anak-anak ko lo bisa kenal Ryo?" Tika tampak binggung.
"Dia tetangga gue. Tadi juga gue berangkat bareng sama dia."
"What?" Tika kaget.
"Apaan si lo Tik? Jangan teriak tiba-tiba dong."
"Pantes lo diliatin dari tadi."
"Maksudnya?" Aku tidak mengerti apa yang dia maksud.
"Ryo itu salah satu dari cowok populer di sekolah ini. Dia itu anak basket, pinter, baik, cakep lagi. Perfect kan?"
"Serigala kaya dia?" Aku hanya tertawa membayangkan dia menjadi pujaan para cewek.
"Ko serigala si?" Tika tampaknya tak mengerti dengan apa yang aku ucapkan. Tapi biarlah.
"Hmm, jangan-jangan lo juga naksir dia lagi?" Tanyaku usil. Sepertinya Tika anak yang menyenangkan pikirku.
"Ya gak juga si. Gue mah sukanya sama Angga ta, yang tadi duduk sebelah Ryo." Akunya dengan jujur.
"Lo polos banget si? Bisa ngaku kalo lo suka Angga ke orang yang baru lo kenal kaya gue. Terus kalo lo gak suka sama dia ko lo muji dia."
"Ya abis itu kenyataan si. Hehehe." Tika hanya nyengir kuda. Dasar ini anak. Kami berdua pun melanjutkan makan. Tanpa kami sadari 2 orang cowok menghampiri kami.
"Boleh gabung?" Tanya Ryo dengan ramah.
"Boleh ko duduk aja, iya kan ta." Ujar Tika sambil menyenggol tangan Lista.
"Ha? Iya deh." Aku terpaksa mengiyakan karna kulihat Ryo bersama Angga.
"Lo ntar balik duluan aja, gue mau latian basket." Kata Ryo sambil melihat ke arahku.
"Oke, gue bisa ko pulang sendiri. Tik ke kelas yuk, gue udah kenyang." Sebenarnya aku tidak tega sama Tika apalagi saat kulihat dia gembira melihat Angga dari jarak dekat.
"Bentar dulu ta. Gue belom selesai." Tika menahanku karna memang makanannya belum habis. Aku tidak berselera makan karna ada Ryo, aku masih kesal dengannya.
"Lo buru-buru banget ta. Jangan-jangan gue sama Ryo ganggu ya?" Angga pun angkat bicara.
"Eh gak ko, gue cuma ... " Belum sempat aku melanjutkan ucapanku tapi Ryo memotongnya.
"Cuma grogi aja kan deket gue." Kata Ryo sambil mengedipkan sebelah matanya. Lelucon itu mampu membuat mereka ketawa tetapi membuatku tambah kesal dengannya.
"Pd banget lo yo." Kata Tika
"Ryo itu pd nya udah over dosis. Maklum obatnya abis." Kata Angga sambil melirik Ryo.
"Enak aja lo ngga. Pluk." Ryo menjitak kepala Angga mereka tertawa tetapi hanya aku yang tidak. Bel pun berbunyi akhirnya kami beranjak menuju kelas. Sesekali Tika menunjukkan ruangan yang ada di sekolah.
Pelajaran demi pelajaran berganti sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi. "Huh, akhirnya bisa pulang." Keluhku. Rasanya hidupku akan terasa panjang dan membosankan. Setibanya dirumah aku langsung masuk kamar dan tidur. Hari ini aku lelah melihat banyak sorot mata melihat ke arahku.
Keesokkan harinya aku bangun lebih awal. Karna aku tidak mau berangkat bareng Ryo lagi. Aku tidak suka dengannya. Namun dia sudah ada di depan rumah. "Shit." Ujarku pelan.
"Lo gak punya kerjaan ya tiap pagi jemput gue?" Keluhku.
"Lo lupa ya? Lo kan tanggung jawab gue. Jadi ka Lista yang cantik lo harus nurut sama gue oke." Kata Ryo sambil mengacak-acak rambutku.
"Gak mau. Gue mau berangkat sendiri." Aku hendak pergi tetapi tangannya menarik tanganku dengan cepat.
"Lo mau telat? Sekarang liat jam lo." Aku pun akhirnya melirik jam tanganku. Aku pun terkejut saat melihat jam 6 lewat 15 kalo aku paksa berangkat sendiri aku bisa telat. Tapi kalo bareng dia, gengsi ah.
"Ya kalo lo mau telat si gak apa-apa. Kalo gitu gue duluan ya." Ryo mengenakan helmnya bergegas untuk pergi.
"Tunggu, gue ikut." Akhirnya aku menyerah untuk kali ini dia boleh menang tapi tidak lain kali.
Kami pun berdua berangkat. Hari ini berjalan begitu cepat tanpa terasa mungkin karna aku telah terbiasa dengan sekolah ini. Hari ini aku dapat jadwal piket jadi aku akan pulang terlambat. Hanya ada 4 orang didalam kelas aku, Angga, Putri dan Anton.
Setengah jam kemudian kelas sudah bersih Putri dan Anton sudah pulang tinggal aku dan Angga. "Eh ngga, lo udah punya pacar?" Tanyaku memecahkan kesunyian di kelas.
"Belom, kenapa ta?" Angga terlihat binggung dengan pertanyaanku.
"Ya gak apa-apa. Kalo boleh tau ni ya tipe cewek lo kaya apa?" Tanya ku lagi. Kali aja aku bisa membantu Tika. Batinku.
"Ta, lo gak suka kan sama gue? Gue gak enak nanti sama Ryo ntar disangkanya gue TMT lagi." Angga mulai terlihat canggung.
"Aduh ngga. Lo udah ketularan pd nya si Ryo ya? Kalo gue suka sama lo ngapain gue to the point nanya tipe cewek lo kaya gimana, mang gue gak punya malu apa." Ujarku kesal.
"Hehehe oh iya." Kata Angga sambil nyengir kuda. "Terus kenapa lo nanya gitu? Lo mau nyomblangin gue ya?" Angga menarik alisnya keatas. Aduh nih anak emang udah ketularan Ryo.
"Iya, lo mau gak?" Jawabku to the point karna risih melihat tingkah Angga. Semakin lama tingkahnya bikin ilfeel, dia emang keren ketua basket lagi tapi tingkahnya ini yang gak nahan.
"Yah gue udah punya inceran ta, lo tau kan yang duduk sama lo. Gue si udah lama suka sama dia cuma gak ada kesempatan buat deketin dia. Jangan bilang Ryo ya bisa diecengin ntar gue." Aku Angga jujur.
"Oke deh, besok lo gak ada acara kan? Kita jalan." Kataku sambil tersenyum.
"Lama banget si dari tadi gue tungguin juga." Tiba-tiba Ryo masuk mengagetkan kami.
"Lo ngapain masih disekolah?" Tanyaku heran. Angga yang sudah mengetahui Ryo menungguku pun pergi.
"Gue balik duluan ya." Kata Angga kepadaku dan Ryo.
"Besok jangan lupa ya ngga." Kataku mengingatkan Angga. Angga menoleh dan tersenyum menyatakan setuju. Rencanaku harus berhasil. Tanpa aku sadari sebenarnya Ryo tampak terlihat kesal.
"Ayo pulang." Ucapnya datar, tanpa menoleh kearahku. Aku tidak tau ada apa dengan ni anak. "Lo kenapa si?" Tanyaku setelah bisa mengejarnya. Tapi dia hanya diam tidak menjawab pertanyaanku.
"Lo gak mungkin kan cemburu?" Kataku asal. Ryo menghentikan langkahnya. Dia berbalik menghadapku. Tanpa disangka dia menciumku.
"Mulai sekarang lo gak boleh deket-deket sama cowok lain termaksud Angga. Sekarang kita pacaran." Aku hanya diam membeku. What? Aku sama dia?
"Kenapa lo yang mutusin? Kalo gue gak mau?" Tanyaku kesal.
"Karna lo milik gue jadi lo harus mau. Oke cantik." Ryo hanya tersenyum dan mengacak-acak rambutku. Terlihat dia sudah kembali seperti biasa. Diperjalanan pulang tak ada sepatah kata pun yang aku ucapkan. Aku kesal karna dia seenaknya mengaturku, apa hak dia? Bahkan dia dengan seenaknya menciumku. Ketika sampai rumah aku langsung masuk ke dalam rumah. Aku sebel sama dia.
Pipp pipp....
Handphoneku berbunyi. Terlihat ada satu sms masuk dari nomor yang tidak aku kenal.
Aku membuka pesan itu, tertulis:
Maaf untuk kejadian tadi. Gue tau lo pasti marah banget sama gue.
Tapi gue serius ka, dari awal gue liat lo gue udah suka sama lo. Do you want to be my girlfriend?
By » Ryo
Aku pun mengetik balasannya. Bagaimana pun juga aku membutuhkannya untuk melancarkan misiku besok.
Besok pulang sekolah kita jalan.
By » Lista
Aku memang tertarik dengannya, tapi aku juga kesal dengannya. Dia selalu membuatku kesal. Tapi entah kenapa aku tidak bisa membencinya. Aku mulai gila karna aku mulai menyukainya. 'Shit' ucapku pelan.
Terdengar bunyi handphoneku lagi, ada balasan dari Ryo.
Ok, sekarang bisa gak keluar. Gue udah nungguin lo dari tadi.
By » Ryo
Mau ngapain lagi si ni anak. Aku berjalan menuju balkon. Aku melihat kebawah dan benar dia tengah duduk di atas motornya. Saat dia melihatku dia tersenyum dan menyuruhku turun. Aku hanya mengangkat bahu menandakan setuju.
"Apa lagi?" Kataku datar. Mukanya terlihat sedikit lesu dengan ucapanku. Bukannya dia tau aku memang begini? Biarkan lah.
"Ikut gue yuk." Katanya menarikku untuk mengikutinya. Aku akhirnya menurut dan menaiki motornya.
"Mau kemana si?" Tanyaku tapi dia hanya diam.
"Dasar serigala." Ujarku sebal. Aku sudah tidak peduli dia mendengarku atau tidak. Tidak lama kemudian kami berhenti di sebuah taman. Taman yang indah. Taman itu tidak jauh dari komplek perumahan kami bahkan masih di komplek perumahan.
"Ngapain si kita malem-malem kesini?" Aku mulai kedinginan hanya menggenggam erat tubuhku sendiri.
"Liat bintang." Jawabnya singkat.
"Hasyim..." Ryo menoleh kearahku, dia tersenyum lalu membuka jaketnya dan memakaikannya di bahuku.
"Thank's, tapi gue mau pulang." Kataku lagi. Aku alergi dingin. Kenapa dia mengajakku kesini si? Aku ingin pulang tingkahku sekarang sudah seperti anak kecil yang minta dibelikan balon.
"Lo suka liat bintangkan?" Ryo tampak tidak memperdulikan apa yang aku minta. Dia langsung duduk seakan tidak mendengar permintaanku. Aku pun akhirnya hanya bisa diam dan ikut duduk disebelahnya.
"Ya tapi dulu. Udah yuk kita pulang." Pintaku lagi. Aku memang suka melihat bintang. Tapi itu hanya membuatku ingat dengan orang tuaku.
"Awalnya gue gak mau disuruh nyokap buat nemenin lo. Waktu itu gue mau minta maaf sama ka Vivi karna gue gak bisa bantu dia." Ujar Ryo
"Terus kenapa akhirnya lo mau?" Tanyaku tak mengerti.
"Karna gue liat lo dari balkon. Lo lagi duduk di balkon rumah dan diam menatap langit." Jelasnya.
"Terus?"
"Dari situ gue mulai tertarik dan akhirnya gue setuju."
"Kalo dari awal lo suka sama gue, kenapa lo selalu bikin gue sebel?" Aku mulai kesal mengingat ulah Ryo sejak pertama berangkat sekolah.
"Iseng aja." Jawabnya singkat dengan diiringi cengirannya. Aku pun berdiri hendak pergi tapi tanganku sudah ditarik olehnya.
"Gue boong ko. Karna gue gak mau liat lo diem. Makanya gue bikin lo kesel. So do you want to be my girlfriend?"
"Terserah deh tapi kita balik sekarang ya alergi gue kambuh nih." Keluhku sambil menggaruk tanganku yang mulai gatal.
"Oke deh sayang kita pulang." Katanya sambil mengacak rambutku. Huh kenapa si Ryo selalu mengacak rambutku. Tapi kenapa aku senang? Aku pun turun dari motor dan melepaskan jaketnya. "Nih pake, ntar lo masuk angin gue lagi yang diomelin." Ujarku sambil memberikan jaketnya.
"Gue balik ya, nice dream." Ujarnya lembut dengan senyumnya yang khas.
Keesokkan paginya. "Ta, bangun. Udah jam setengah 6 tuh." Ujar ka Vivi membangunkanku
"Hoammm.." Aku pun bangun. Kemudian aku bersiap ke sekolah. "Tuh kan pada merah" ujarku saat bercemin. "Untung cuma tangan." Aku pun mengambil sweater biruku lalu mengenakannya.
"Tangan kamu gimana?" Tanya kakakku saat kami sedang sarapan.
"Udah gak apa-apa ko ka." Kataku sambil menunjukkannya kepada kakakku. Suara motor terdengar itu pasti Ryo. Tanpa basa basi lagi aku pun pamit untuk berangkat.
Kami pun berangkat ke sekolah. Tidak ada yang aneh seperti biasa. Bahkan tidak ada yang kami bicarakan. Saat kami sedang berjalan melewati lorong aku melihat Tika baru diantar kakaknya.
"Tika." Sapaku sambil melambaikan tangan. Tika menoleh ke arahku dan dia tersenyum. Dia pun menuju kearah kami berdua.
Sepanjang jalan menuju kelas aku dan Tika banyak berbicara tetapi Ryo hanya diam. Aku tak tau apa yang terjadi padanya. Hingga sampai di kelas pun dia tidak banyak bicara.
Aku mulai khawatir. Akhirnya aku pun mengambil handphone dan mengirim pesan untuknya.
Are you ok?
By » Lista
Tak lama handphoneku bergetar menunjukkan ada pesan.
I'm ok
By » Ryo
Aku pun menoleh ke arahnya dan dia tersenyum. Setelah melihatnya tersenyum, aku kira dia memang baik-baik saja. "Eh ka, ntar pulang sekolah jalan yuk, kan kita pulang cepet tuh." Kataku setelah ingat akan rencana kemarin.
"Mau kemana ta?"
"Gimana kalo nonton aja, mau gak?" Ajakku lagi
"Boleh, tapi kita berdua aja?"
"Mana boleh gue pergi kalo gak ada Ryo sama kakak gue." Ujarku sedikit kesal mengingat pesan kakakku.
"Terus gue sama siapa?" Tika terlihat sedih.
"Pokoknya lo tenang aja. Semuanya udah gue atur. Oke? " Ujarku sambil mengedipkan mata.
Hari berlalu dengan cepat hingga bel pulang pun berbunyi. aku pun membereskan bukuku dengan cepat. Ryo menghampiriku "Gue ke toilet dulu ya, ketemu di parkiran aja." Ujarnya sebelum dia meninggalkan kelas.
Ada yang aneh darinya hari ini. Entah kenapa aku merasa khawatir. Akhirnya ku atur ulang rencanaku. "Ayo tik, kita tunggu di parkiran." Ujarku sambil menarik tangan Tika yang masih sibuk merapikan tasnya.
Aku dan Tika menunggu di parkiran, tak lama kemudian aku melihat Ryo datang. Dia sedikit kaget melihatku bersama Tika. Dan tidak lama kemudian aku melihat Angga. "Angga sini." Ujarku sambil melambaikan tangan.
"Angga lo sama Tika ya." Kataku sambil mengedipkan mata. Akhirnya kami berempat pun pergi ke bioskop. Saat hendak memilih film apa yang akan kami tonton handphoneku berbunyi.
"Bentar ya, gue terima telepon dulu." Ujarku kepada mereka lalu pergi sedikit menjauh. Sesudah menutup telepon dengan tampang kecewa aku mendekati mereka.
"Yah, gue harus buru-buru pulang." Ujarku sedih
"Terus kita gak jadi nonton ta?" Tanya Tika dengan nada kecewa.
"Ya udah lo nonton sama Angga aja. Gue pulang sama Ryo. Lo gak apa-apa kan ngga nonton berdua aja sama Tika."
"Yaudah gak apa-apa, ayo ka kita nonton." Kata Angga mengajak Tika.
"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo deh." Akhirnya setelah sekian lama Ryo mengeluarkan suaranya.
"Maksudnya?" Tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"Kemarin lo yang ngajak gue jalan. Tiba-tiba lo juga ngajak Angga sama Tika. Gue kira lo mau ngajak gue kencan gitu." Ujarnya sedikit kesal.
"Ya emang rencananya buat mereka berdua. Lagian gue males jalan liat tampang lo yang diem aja kaya patung."
"Sorry." Ujarnya lesu.
Aku dan Ryo pun akhirnya pulang. Saat sampai di depan rumahku aku mengajaknya untuk masuk. "Ayo masuk." Aku menarik tangannya agar mengikutiku. Kami pun menuju balkon rumah dan aku menyuruhnya duduk disana.
"Bentar ya, gue ambil minum dulu." ujarku. Tak lama kemudian aku kembali dengan membawa dua gelas es jeruk.
"Nih, lo diomelin kak Vivi kan?" Ujarku sambil memberikan minuman.
"Sorry gara-gara gue alergi lo kambuh." Katanya dengan nada merasa bersalah.
"Udah gak apa-apa kok. Sejak kematin kedua orang tua gue Kak Vivi emang jadi protective banget. Jadi dia gak bisa liat gue kenapa-kenapa sedikit pun." Ujarku menjelaskan. Aku pun menarik nafas dan melanjutkan omonganku. " Dulu gue emang suka liat bintang. Tapi semenjak orang tua gue meninggal gue jadi gak suka lagi karna itu ngingetin gue sama mereka."
"Gue mang kaya anak kecil ya." Ujar Ryo sambil menunduk.
"Emang lo anak kecil." Ujarku sambil tersenyum. Untuk pertama kalinya aku bisa bahagia setelah kematian orang tuaku.
"Berarti lo pacaran sama anak kecil dong." Kata Ryo sambil nyengir kuda seperti biasanya.
"Mang gue udah bilang ya kalo gue nerima lo?" Ujarku meledeknya.
"Lo pasti nerima gue." Ujar Ryo dengan pd nya.
"Sok tau lo." Ujarku sambil menyenggol bahunya.
"Lo pasti mau." Ryo menatapku dengan serius. Dan dia pun menciumku untuk kedua kalinya.
"Tuh kan lo mau. Bwee" ujar Ryo sambil mengulurkan lidahnya.
"Dasar anak kecil." Ujarku sebal.
"Hahaha makanya ka Lista jangan jaim-jaim." Katanya sambil tertawa.
"Ka ka ka ka, emang gue kakak lo?" Candaku.
"Bukan si, lo kan cewek gue." Ucapnya sambil tersenyum.
"Kira-kira Angga sama Tika jadian gak ya?" Ucapku sambil menatap langit.
"Mungkin aja."
"Kalo iya, nanti kita double date ya." Ujarku sambil menoleh ke arah Ryo.
"Kita?" Kata Ryo dengan wajah tak yakin.
"Yaudah kalo gitu kita gak jadi pacaran." Ujarku sebal.
"Iya, iya, ntar kita double date jangan ngambek dong." Ucapnya sambil mengacak-acak rambutku seperti biasa.
Hari-hari pun kami lalui bersama. Walaupun aku sempat sedih karna orang tuaku pergi tapi sekarang ada Ryo yang selalu menemaniku.
The end

No comments:

Post a Comment