Saturday, 25 May 2013

ANUGERAH TERINDAH

"Nama gue Kevin Pratama. Kalian bisa panggil gue Kevin. Gue pindahan dari Jakarta." Ujar anak baru dikelasku.
 Setiap cewek dikelasku hampir tidak berkedip melihatnya. Namun hanya aku yang tidak suka melihatnya. Ya aku mengenalnya dan aku juga membencinya. Kevin melihat kearahku tetapi aku membuang pandanganku kearah lain.
Sudah 2 hari Kevin pindah ke kelasku. Selama itu aku tidak pernah berbicara dengannya. Aku selalu menjauh apabila dia datang. Sayangnya hari ini aku tidak beruntung.
"Hari ini kita akan membagi kelompok menjadi 8 kelompok. Sekarang kita berhitung dari depan untuk membagi kelompok." Ujar Bu Yanah guru ketrampilan dikelasku.
Aku berharap semoga tidak sekelompok dengannya. Namun sayangnya harapanku pun pupus aku dan Kevin sama-sama mendapat kelompok 5. "Sial." Ujarku pelan.
Setiap murid telah duduk bersama kelompoknya masing-masing. Dan aku duduk tepat di depannya. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Kelompokku ada Puput, aku, Fredy, dan Kevin.
"Untuk pratikum minggu depan kita akan membuat maket. Untuk hari ini kalian akan mendiskusikan bentuk rumah yang kalian akan buat minggu depan. Sekarang kalian bisa mulai mendiskusikannya. Ibu harus ke ruang guru dulu jangan ribut ya." Ujar Bu Yanah sebelum keluar meninggalkan kelas.
"Jadi kita mau buat tipe rumah kaya gimana?" Ujar Puput membuka pembicaraan.
"Gue si terserah kalian aja." Ujar Kevin santai.
"Kasih pendapat kali." Ujarku jutek.
"Lo kenapa si kayanya gak suka banget sama gue?" Ujar Kevin sedikit emosi.
"Udah-udah kenapa jadi ribut si. Ra, kita kan kelompok harus kompak." Ujar Fredy melerai kami.
"Sorry, gue ke toilet dulu." Ujarku pergi keluar kelas.
"Tiara tunggu, gue ikut." Ujar Puput mengejarku.

***

Aku keluar dari kamar mandi. Kulihat Puput sedang berkaca di sana. Aku berdiri merapihkan bajuku. Aku harus bisa menahan amarahku.
"Gue bingung deh ra sama lo." Ujarnya sambil merapihkan rambutnya.
"Bingung kenapa?" Ujarku tidak mengalihkan pandanganku dari kaca.
"Lo ko kayanya gak suka banget sama Kevin? Padahal hampir semua cewek di kelas suka sama dia." Ujar Puput melihat ke arahku.
"Termasuk lo kan." Ujarku asal.
"Ye, sok tau lo." Ujar Puput menyenggol tanganku. "Udah yuk ke kelas." Ujarnya lagi.

***

"Cewek aneh." Ujar Kevin masih kesal.
"Udahlah bro, jangan emosi gitu kan gak enak. Kita kan sekelas gak baik kalo sering berantem." Ujar Fredy berusaha menenangkan Kevin.
"Abis gue sebel bro, baru kenal udah ngajak ribut. Untung cewek coba kalo cowok."
"Hmm, setau gue si ya bro, Tiara orangnya gak begitu. Dia biasanya ramah sama orang." Ujar Fredy bingung.
"Iya tapi kalo sama gue? Sinis banget. Gue harus cari tau kayanya." Ujar Kevin dengan muka serius.

 ***

"Hari ini kita omongin di rumah gue aja. Kayanya kalo di sekolah kurang dapet inspirasi deh." Ujar Puput.
"Boleh juga ide lo put, gimana pada setuju gak?" Ujar Fredy.
"Yaudah." Ujarku dan Kevin hampir berbarengan.
"Ciye kompak banget." Ujar Puput menyenggol tanganku.
"Apaan si put?" Ujarku kesal.
"Oke, jadi pulang sekolah jangan ada yang kabur ya." Ujar Fredy.

***

Sudah hampir lima belas menit kami menunggu Kevin tapi anak itu tidak juga muncul. "Si kevin kemana si dy?" Ujarku sebal.
"Tadi si katanya dia di panggil sama ketua basket. Paling bentar lagi juga muncul." Ujar Fredy.
"Bener tuh ra. Sabar aja." Ujar Puput nyengir.
"Sorry sorry nunggu lama." Ujar Kevin sedikit berlari menghampiri kami.
"Yaudah yuk langsung berangkat aja." Ujarku sudah bt.
"Yaudah, gue sama Puput, lo sama Kevin ya ra." Ujar Fredy.
"Gue sama lo aja deh." Ujarku menolak.
"Yaudah, lo sama Puput ya vin." Ujar Fredy.
Setengah jam perjalanan telah kami tempuh. Matahari bersinar sangat terik siang itu. Kami pun sampai di depan sebuah rumah sederhana namun terlihat mewah. "Ayo masuk." Ujar Puput mempersilahkan kami masuk.
Setelah beristirahat diskusi pun kami mulai. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat maket yang minimalis tapi tetap dapat terlihat mewah. Kami pun sudah merencanakan hari minggu akan pergi membeli bahan-bahan yang diperlukan.
"Udah sore ni, kayanya gue harus balik deh put." Ujarku membereskan barang-barangku.
"Yaudah kalo gitu kita semua balik aja." Ujar Fredy. "Lo dianterin Kevin aja ra, kan kalian searah." Ujarnya lagi.
"Gue bisa balik sendiri ko." Ujarku menolak.
"Udah gak apa-apa ra, lagian udah sore." Ujar Puput.
"Yaudah deh." Ujarku pasrah.

***

Sepanjang perjalanan pulang aku maupun Kevin tidak mengeluarkan sepatah katapun. Perjalanan terasa sangat lama bagiku. Ingin rasanya secepatnya turun dari boncengannya.
"Gue turun di sini aja." Ujarku ketika kami sampai di depan gerbang perumahanku. Kevin pun mengikuti permintaanku dan menepikan motornya.
"Lo kenapa si benci banget sama gue?" Ujar Kevin membuka helmnya.
"Lo juga bakal tau nanti." Ujarku pergi meninggalkannya.

***

Aku duduk di atas ranjangku. Kulihat foto keluargaku. Senyuman almarhum mamaku yang aku rindukan. Bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipiku.
Kejadian 5 tahun yang lalu pun teringat kembali. Saat aku SD mama berusaha menyelamatkan seorang anak yang hampir tertabrak namun akhirnya mama sendiri yang menjadi korban. Luka lama yang terbuka kembali.
"Lo jahat vin." Ujarku terisak-isak. Selama ini aku menyembunyikan kesedihanku. Aku selalu berusaha tegar karna aku harus terlihat kuat di depan Anya adikku.

***

Kevin merebahkan badannya diatas ranjang. Ia masih tak habis pikir dengan sikap Tiara ke dia. Padahal mereka baru saja kenal tapi kenapa Tiara sangat membencinya.
"Gak pernah ada cewek yang sebenci ini sama gue sebelumnya. Gue harus cari tau ni." Ujarnya bangkit dari tempat tidur dan mengambil handphone.
"Hallo bro, gue mau nanya ni." Ujar Kevin kepada seseorang.
"Kenapa bro?" Ujar Fredy. Ternyata Kevin menelepon Fredy.
"Si Tiara sebenernya anaknya gimana si bro?"
"Weits lo suka ya sama dia?" Ujar Fredy meledek.
"Gue serius panjul." Ujar Kevin dengan nada bt.
"Ok ok, gue becanda ko bro. Tiara itu anaknya baik, cuma rada pendiem gitu. Gue denger-denger si nyokapnya udah gak ada. Udah gitu bokapnya kerja di luar negeri." Ujar Fredy panjang lebar.
"Dia tinggal sendiri bro?" Ujar Kevin.
"Dia tinggal sama pembantu dan adenya. Tapi bokapnya juga suka balik si. Jadi gak sendirian bro."
"Lo tau gak nyokapnya meninggal karna apa?" Ujar Kevin semakin penasaran.
"Masalah itu gue gak tau. Katanya si waktu dia SD nyokapnya meninggal."
"Ohh gitu, thank's ya bro." Ujar Kevin menutup teleponnya.

***

Hari ini tepat 5 tahun meninggalnya almarhum mamaku. Aku pergi bersama adikku dan Bik imah untuk membawakan bunga untuknya. Hari ini papa tidak bisa pulang karna mendapat tugas mendadak.
Mang Jono supir keluargaku mengantarkan kami ke makam. Setibanya di sana Anya langsung berlari ke makam mama. Aku masih ingat betapa sedihnya dia saat mama pergi. Bukannya aku tidak ikut sedih tapi aku tak ingin membuat Anya semakin sedih.
"Ade, sekarang kita kirim doa ya buat mama." Ujarku mengelus kepala Anya.
"Anya kangen sama mama kak." Ujar Anya dengan nada sedih membuat hatiku semakin sedih. Namun aku berusaha tegar.
"Mama juga pasti kangen sama kita. Sekarang kan ada kakak jadi Anya gak boleh sedih ya." Ujarku berusaha tersenyum.
Setelah selesai berdoa menaburkan bunga. Aku menyuruh bik Imah dan Mang Jono membawa Anya ke mobil. Aku ingin berdua dengan mama sebentar.
"Mah, Ara kangen." Ujarku sedih. "Ara ketemu orang itu mah, orang yang buat mama begini. Ara benci dia mah." Air mataku mulai menetes.
"Mah, apa Ara salah benci dia? Ara tau semuanya takdir tapi Ara belum bisa nerimanya mah." Aku tertunduk di depan pusara mamaku dengan bulir air mata yang menetes.
"Kak Ara ayo pulang." Ujar Anya meneriakiku dari mobil. Aku buru-buru mengelap air mataku. Anya tidak boleh melihatku menangis. Aku pun pamit kepada pusara mama dan pergi ke tempat Anya dengan senyum yang ku paksa.
"Kak Ara tadi nangis ya." Ujarnya lugu.
"Gak kok sayang, nanti kamu di rumah tante Sarah dulu ya. Kakak ada kerja kelompok." Ujarku tersenyum sambil mengelus kepala Anya.
"Tapi jemputnya jangan lama-lama ya kak." Ujar Anya tersenyum riang.
Setelah mengantar Anya aku pun minta Mang Jono mengantarku ke rumah Puput. Sedangkan bik Imah kembali ke rumah. Kulihat semuanya sudah berkumpul.
"Sorry telat." Ujarku kepada Puput dan Fredy.
"Gak apa-apa ra, lagian juga mereka baru pada dateng." Ujar Puput nyengir. "Gimana kalo berangkat sekarang biar gak kesorean." Ujarnya lagi.
Kami berempat pergi naik mobil Kevin. Aku dan Puput duduk di belakang. Tapi aku duduk tepat di belakang Kevin. Aku menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Tanpa aku sadari Kevin memperhatikanku dari spion mobilnya.
"Vin, lo bawa bunga buat apaan?" Ujar Puput membuyarkan lamunanku.
"Tau tuh, pas jemput gue juga tuh bunga udah ada." Ujar Fredy. Aku hanya diam menyimak percakapan mereka.
"Buat seseorang yang berjasa besar dalam hidup gue." Ujar Kevin masih dengan tatapan ke jalan.
"Nyokap lo ulang tahun?" Ujar Puput dengan semangat.
"Bukan, waktu gue SD gue hampir tertabrak mobil. Seorang ibu menyelamatkan nyawa gue tapi malah ibu itu yang tertabrak. Setelah kejadian itu nyokap bawa gue ke Jakarta biar gue gak trauma. Setiap tahun gue pasti minta ke sini buat bawain ibu itu bunga. Ya walau gue tau bunga doang gak cukup buat ngebales jasanya." Ujar Kevin panjang lebar.
Mataku mulai berkaca. Ia tetap ingat dengan pengorbanan yang ibuku lakukan. Tapi kebencian dalam diriku masih belum bisa aku hilangkan.

***

Tiba-tiba Kevin menghentikan mobilnya di depan sebuah SD yang sepi. "Bentar ya gue turun dulu." Ujar Kevin turun dari mobil sambil membawa seikat bunga mawar.
Aku melihat dari dalam mobil. Kevin tampak sangat sedih ketika menaruh bunga itu dipinggir jalan. Tempat dimana ibuku terbunuh. Kulihat Kevin seperti mengatakan beberapa kalimat tapi aku tak bisa mendengarnya.
"Tante, makasih banget karena waktu itu tante udah nyelametin saya. Tapi nyawa tante yang gak bisa diselamatkan. Cuma ini yang bisa saya lakukan buat tante." Ujar Kevin sedih. Setelah mengatakan itu Kevin pun pergi kembali ke mobilnya.
Kami berempat melanjutkan perjalanan kami. Setelah menemukan barang-barang yang dibutuhkan kami berempat pun duduk di cafe untuk makan.
"Kapan-kapan kita jalan-jalan lagi yuk." Ujar Puput dengan ceria.
"Ide bagus tuh put." Ujar Fredy sambil mengambil kentang goreng dan memakannya. Aku tidak begitu memperhatikan ucapan mereka. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri.
"Makanan bukan buat diliatin kali ra." Ujar Kevin membuyarkan lamunanku."Siapa yang cuma ngeliatin?" Ujarku jutek. Aku tidak tau harus bersikap seperti apa kepadanya.
"Gimana ra? Lo mau kan?" Ujar Puput.
"Mau apa put?" Ujarku masih tidak nyambung.
"Kalo kita jalan-jalan lagi, lo mau kan?" Ujar Puput.
"Liat nanti ya put, gue gak bisa ninggalin Anya sendirian soalnya." Ujarku.
Setelah makan kami pun memutuskan untuk pulang. Karna hari sudah hampir sore. "Gue nganterin Puput, Fredy, baru lo ya ra." Ujar Kevin masih dengan tatapan ke depan.
"Gue turun dirumah Puput aja." Ujarku menolak.
"Udah ra, lo kan searah. Sekalian aja." Ujar Puput sambil menyengol tanganku.
"Tapi kan gue mau ke rumah tante gue dulu put." Ujarku berusaha mengelak.
"Yaudah gak apa-apa gue anterin aja sekalian." Ujar Kevin.
"Tuh kan ra, udah lo dianterin Kevin aja biar gue tenang." Ujar Puput. Tidak lama kemudian kami pun sampai dirumah Puput.
"Vin, titip ya." Ujar Puput sambil menunjuk kearahku.
"Apaan si put?" Ujarku sebal. Namun Puput malah tertawa.
Kami pun melanjutkan perjalanan. Kami pun sampai dirumah Fredy. "Hati-hati ya ra, Kevin suka gigit." Ujar Fredy sambil nyengir.
"Ye emang gue anjing galak apa." Ujar Kevin kesal. Kevin pun memacu mobilnya meninggalkan rumah Fredy. Aku masih duduk di belakang dengan tatapan kosong. Namun tiba-tiba Kevin memberhentikan mobilnya mengagetkanku.
"Mobil lo mogok ya?" Ujarku bingung. Namun Kevin hanya tertawa melihat ekspresi kagetku.
"Rese lo." Ujarku kesal.
"Udah pindah depan cepet." Ujarnya.
"Gak mau." Ujarku memalingkan muka.
"Yaudah kalo gitu gue gak mau jalan." Ujar Kevin ngotot. Akhirnya aku menuruti ucapannya.
"Kenapa si gue harus duduk depan?" Ujarku kesal.
"Jangan marah kali ra, gue gak enak aja kalo lo duduk belakang udah kaya supir aja." Ujar Kevin memberi alasan.
"Lo tiap tahun naro bunga di tempat tadi?" Ujarku dengan muka menghadap ke jendela.
"Iya, cuma itu yang bisa gue lakuin." Ujar Kevin sedih.
"Lo gak berusaha nyari tau alamat ibu itu?" Ujarku sinis.
"Gue udah nanya sama orang tua gue tapi mereka juga gak tau. Gue ke rumah sakit tapi rumah sakit gak mau ngasih tau." Ujar Kevin pasrah.
"Belok kanan." Ujarku sadar karna rumah tanteku sudah dekat. "Gue jemput Anya dulu." Ujarku ketika kami sampai. Aku masuk ke rumah tanteku, sedangkan Kevin menunggu di mobil. Saat melihatku keluar bersama Anya dan tante dia pun keluar mobil dan memberi salam kepada tante Sarah.
"Sore tante." Ujarnya ramah.
"Kamu sama temen ra? Kenapa gak diajak masuk?" Ujar tante Sarah ramah.
"Tadi dia mau nunggu di mobil aja katanya." Ujarku asal.
"Iya tante, gak enak ngerepotin." Ujar Kevin.
"Aku pulang dulu ya tan." Ujarku salim dengan tante Sarah.
"Kapan-kapan main lagi ya." Ujar tante Sarah.
Aku, Anya, dan Kevin masuk ke dalam mobil melanjutkan perjalanan pulang. "Kak, Anya mau makan pizza." Ujar Anya saat kami baru masuk mobil.
"Nanti ya kalo kita udah sampe rumah." Ujarku tersenyum mengelus rambut Anya.
"Tapi Anya mau makannya sekarang." Ujar Anya manja.
"Kita ke PH ya sekarang." Ujar Kevin tersenyum.
"Beneran kak?" Ujar Anya senang.
"Gak usah vin, gue sama Anya pulang aja." Ujarku tidak enak.
"Udah gak apa-apa ra." Ujar Kevin mengelus kepala Anya.

***

"Lo kalo mau balik duluan gak apa-apa kok." Ujarku sambil melihat Anya yang sibuk makan.
"Gue gak setega itu ra." Ujar Kevin sambil meminum minuman yang ia pesan. "Lagian gue seneng ko ngajak ade lo jalan-jalan." Ujarnya sambil tersenyum. Deg. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang.
"Kak kapan-kapan kita jalan-jalan lagi ya." Ujar Anya kepada Kevin.
"Boleh." Ujar Kevin sambil tersenyum. Anya terlihat sangat senang. Selesai makan kami menuju mobil untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Karena lelah Anya sudah tertidur di kursi belakang.
"Thank's buat hari ini." Ujarku memecah kesunyian.
"Sipp, sebagai balasannya besok lo harus bantuin gue bawa barang-barang ke sekolah." Ujarnya nyengir.
"Ada udang dibalik batu." Ujarku sebal.
"Eits, demi kelompok." Ujar Kevin sebelum aku tambah protes.
"Oke." Ujarku. Kemudian hening kembali. "Udah lama Anya gak ketawa kaya tadi." Ujarku pelan.
"Kalo lo mau jalan-jalan sama Anya calling gue aja."
Kami pun sampai dirumah. Kevin menganggkat Anya masuk ke dalam kamarnya. "Gue langsung balik ya." Ujar Kevin setelah kami keluar kamar.
"Baru juga gue mau nyuruh lo cepet pulang." Ujarku meledek. Kami pun tertawa. Untuk pertama kalinya aku tertawa lagi.

***

Pagi itu handphoneku berbunyi ada sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak ku kenal. Aku pun membukanya.
Gue udah di depan rumah lo ni
Bisa keluar sekarang?
By » Kevin
Darimana dia tau nomor handphoneku? Kulirik jam masih pukul 6. "Ini anak kerajinan amat?" Keluhku. Aku berjalan keluar rumah. Kulihat Mang Jono sedang mencuci mobil. Di luar gerbang kulihat mobil jazz hitam terparkir disana.
"Lo rajin banget si pagi-pagi udah ke rumah gue." Ujarku kesal.
"Gak inget itu?" Ujarnya sambil menunjuk bagasi yang penuh dengan barang-barang kelompok.
"Kan bisa sama Fredy atau gak Puput." Aku mencari-cari alasan.
"Mereka kejauhan dari rumah ntar yang ada gue muter-muter. Btw gue belom sarapan nih." Ujarnya sambil nyengir.
"Yaudah masuk." Ujarku sambil cemberut.
"Rumah lo sepi banget. Anya mana?" Ujarnya memberi komentar.
"Bentar lagi juga turun." Ujarku mengambil satu piring lagi untuknya.
"Kak Kevin." Ujar Anya berlari menghampiri Kevin dan memeluknya. Aku hanya diam. Anya tak pernah mau dekat dengan teman-temanku sebelumnya.
"Pagi cantik." Ujar Kevin sambil tersenyum.
"Kak Kevin sering-sering main ke sini ya. Abis aku gak punya temen." Ujarnya lugu. Anya terlihat sangat manja dengan Kevin.
"Anya gak boleh gitu." Ujarku memberikannya sepiring nasgor.
"Gak apa-apa lagi ra. Lagian gue seneng ko main sama Anya. Malah gue udah anggep Anya kaya ade gue sendiri." Aku Kevin.
"Kak Kevin boleh kan kak sering main ke sini?" Ujar Anya penuh harap. Aku tidak bisa menolak keinginannya.
"Boleh, tapi Anya gak boleh bandel. Oke." Ujarku membelai lembut rambutnya. Ia senang dengan jawabanku dan memelukku.
"Kita berangkat sekarang yuk, nanti telat." Ujarku kepada Anya. Anya berlari keluar duluan. "Gue harus nganterin Anya dulu." Ujarku kepada Kevin.
"Yaudah sekalian aja." Ujarnya santai.
Akhirnya aku meminta Mang Jono untuk tetap di rumah. Kami bertiga melaju menuju sebuah sekolah SD. Setelah mengantar Anya kami pun pergi menuju sekolah.
"Jadi gue bawa apa?" Ujarku saat kami sampai di parkiran. Kevin memberiku satu paper bag yang berisi alat-alat sedangkan ia yang membawa sisanya.
"Kalo cuma bawa ini kan lo bisa sendiri." Ujarku kesal.
"Iya si, gue cuma nyari alesan doang kemaren." Ujarnya tanpa merasa bersalah. "Gue males kalo bawa mobil sendiri, mau bawa motor tapi pasti ribet. Makanya gue ngajak lo deh." Jelasnya.
"Ya ya ya." Ujarku bt.
Kami berdua masuk ke dalam kelas diikuti dengan sorot mata tak percaya. Kami berdua pun duduk di depan Fredy dan Puput.
"Eh romeo dan juliet udah dateng." Ujar Puput sambil nyengir.
"Mana teng." Ujarku kesal. Tapi Puput dan Fredy malah tertawa.
"Pisss ra." Ujar Puput mengacungkan kedua jarinya.

***

Hari demi hari pun terlewati. Kevin sering main kerumahku dan mengajak Anya bermain. Kadang ia membawa makanan ataupun DVD untuk ditonton bersama. Tapi hari ini berbeda Kevin mengajak aku dan Anya pergi ke taman hiburan.
Anya sangat bersemangat. Awalnya aku menolaknya. Namun karna Anya memaksa akhirnya aku mengikuti kemauannya. Kami bertiga menaiki berbagai permainan disana. Banyak foto yang kami abadikan.
Kevin membawa kamera SLR nya. Banyak foto yang ia ambil. Dari mulai suasana taman hiburan sampai fotoku dan Anya.
"Lo gak ada kerjaan ya?" Ujarku ketika kami beristirahat.
"Maksudnya?" Ia tak mengerti.
"Lo sering banget ke rumah gue, bahkan sampe ngajak jalan-jalan. Mang ortu lo gak nyariin?" Ujarku sambil memakan es krim.
"Ortu gue kerja di Jakarta. Gue disini cuma sama kakak gue. Udah gitu dia juga kerja. Makanya gue bt kalo di rumah." Jelasnya.
"Kan bisa jalan bareng Fredy." Ujarku asal.
"Fredy sibuk sama Puput, ntar gue jadi obat nyamuk doang lagi."
"Fredy sama Puput?" Ujarku tak mengerti.
"Mereka kan jadian. Mang lo gak tau?"
Aku hanya menggeleng. Kevin mengacak-acak rambutku. "Makanya jangan suka ngelamun." Ujarnya sambil tersenyum.
Crek.. Suara kamera berbunyi. Kami berdua menenggok bersamaan. "Anya." Ujarku mengejarnya. Namun Anya malah bersembunyi di belakang Kevin. Kevin melihat hasil gambar yang diambil oleh Anya. Ia hanya tersenyum. "Pulang yuk." Ujar sambil tersenyum.
Anya tak pernah mau lepas dari Kevin. Bahkan saat Kevin pamit pulang pasti Anya bakal ngambek kalo Kevin tidak janji akan main lagi. Anya sangat menyukai Kevin.

***

Hari ini Kevin akan main ke rumah. Anya sangat senang. Dia bahkan terus menanyakan kapan Kevin akan datang. Dia terus memaksaku untuk menghubungi Kevin.
"Bentar lagi juga kak Kevin nya dateng kok." Ujarku membelai rambutnya. Ia ngambek tidak mau melihatku. "Yaudah kak Ara telephone deh biar Anya gak ngambek lagi." Ujarku merayunya dan benar saja Anya langsung bangun dan tersenyum.
Ku pencet nomor Kevin dan menelephone nya. Tidak beberapa lama kemudian suara seorang cewek mengangkat telephonenya.
"Hallo, siapa ni?" Ujar suara di seberang sana.
"Kevinnya ada?" Ujarku langsung to the point.
"Kevinnya lagi di toilet, ini siapa?" Suara wanita itu terdengar sangat tidak suka.
"Ini temen sekelasnya, ini siapanya Kevin?" Ujarku dengan nada hati-hati.
"Gue ceweknya." Ujar cewek itu jutek.
"Tolong sampein sama Kevin tadi temennya telephone. Makasih." Ujarku berusaha ramah. Anya menatapku penuh harap. Aku hanya mengangkat bahu.
"Kak Kevin gak jadi kesini ya?" Ujarnya kecewa.
"Iya, kan ada kak Ara. Gimana kalo kita jalan-jalan ke mall." Ujarku menghibur Anya.
"Gak mau." Anya ngambek.
"Anya mau apa? Nanti kak Ara beliin deh." Ujarku membujuknya dan akhirnya ia menerima tawaranku.

***

Sesampainya di sana Anya mengajakku ke toko boneka. Ia memang sudah lama ingin membeli boneka teddy yang besar. Namun karna aku sibuk belum sempat membelikannya.
Setelah membeli boneka kami menuju sebuah tempat makan. Namun sayangnya di sana aku bertemu Kevin dan seorang cewek. Apa itu cewek yang tadi? Ujarku dalam hati. Anya yang menyadari kehadiran Kevin dan ia pun berlari menuju meja Kevin.
"Kak Kevin." Ujarnya memeluk Kevin.
"Hei cantik, kamu sama siapa?" Ujar Kevin membelai rambut Anya. Cewek itu tampak tak suka dengan kedatangan Anya.
"Anya." Ujarku menghampiri mereka. Kevin tampak bingung melihatku.
"Siapa vin?" Ujar cewek itu jutek.
"Ini Tiara kakaknya Anya. Tiara ini Monic." Ujar Kevin.
"Sorry ya udah ganggu, kalo gitu gue duluan ya. Ayo de." Ujarku membawa Anya meninggalkan mereka. Suasana hatiku sangat kacau saat itu.

***

Anya ngambek denganku. Seharian ia tidak mau bicara. Aku bingung tidak biasanya Anya seperti ini. Apa ia kesepian? Aku menatap lurus ke luar jendela kelas. Suasana kelas sedang sepi semua murid sedang istirahat.
Aku membaringkan kepalaku di atas meja. Kepalaku pusing memikirkan cara supaya Anya tidak terlalu mengharapkan Kevin lagi. Aku memejamkan mataku sejenak. Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipiku. Aku langsung terbangun. Kulihat Kevin datang dengan membawa minuman dingin.
"Nih." Ujarnya sambil nyengir.
"Thank's." Aku mengambil minuman itu dan terdiam. Ia duduk di depanku dan minum dengan santai. Aku menghela nafas.
"Kayanya besok-besok lo gak usah ke rumah gue lagi deh." Ujarku mengalihkan pandangan keluar.
"Kenapa ra?" Ujarnya tak mengerti.
"Gue gak mau Anya kecewa lagi. Gue ngerti ko kalo lo punya urusan sendiri. Tapi seengaknya lo bilang dulu. Sekarang Anya gak mau ngomong padahal sebelumnya dia gak pernah begini." Ujarku masih tak melihat wajahnya.
Saat ini aku tak tau bagaimana perasaanku. Aku sedih karena Anya ngambek tapi entah kenapa aku lebih kesal melihat kejadian kemarin.
"Gue gak bermaksud buat ngecewain Anya ra. Kemaren Monic tiba-tiba maksa gue buat jalan sama dia." Jelas Kevin.
"Gue ngerti banget vin. Tapi gue mohon jangan deketin Anya lagi." Ujarku meninggalkan Kevin. Kevin sangat kecewa mendengarkan ucapanku.

***

Aku membaringkan tubuhku di ranjang. Tiba-tiba ku dengar suara pintu mengetuk kamarku. Tok.. Tok..
"Masuk." Ujarku singkat masih dengan mata terpejam.
"Maaf non, non Anya nya belum pulang dari tadi siang." Ujar bik Imah panik.
"Belum pulang gimana bik? Mang Jono mana?" Aku langsung bangun panik. Kutelepon semua nomor teman-teman Anya tapi tidak satu orang pun yang tau. 'Apa Anya mencari Kevin?' Ujarku dalam hati. Tanpa ragu-ragu aku telephone nomor Kevin.
"Hallo, kenapa ra?" Ujar Kevin mengangkat telephoneku.
"Anya ada disitu?" Ujarku panik.
"Gak ada ra. Emang Anya belum pulang?" Ujar Kevin terdengar khawatir.
"Belum, gue udah telephone temen-temen Anya tapi gak ada yang tau."
"Yaudah gue ke rumah lo sekarang, kita cari Anya." Ujar Kevin menutup telephone nya.
Dua puluh menit kemudian Kevin datang. Sebelumnya aku sudah meminta bik Imah dan Mang Jono mencari Anya. Aku menghampiri Kevin dan langsung masuk ke mobilnya. Kami menyusuri jalan SD sekolah Anya. Tapi tidak ketemu.
"Tante Sarah." Ujarku teringat kalo Anya suka berkunjung ke sana. Kami pun pergi ke rumah tante Sarah. Setibanya di sana kami langsung turun.
"Ara." Ujar tante Sarah membuka pintu.
"Anya ada di rumah tante?" Ujarku panik.
"Ada, baru aja dia tidur. Tante belum sempet ngabarin kamu soalnya tante lagi jagain anak tante." Jelas tante Sarah. Mendengarnya aku sedikit lega. Tante Sarah mempersilahkan kami berdua masuk.
Rumah tante Sarah adalah rumah kedua bagi Anya. Anya sering menginap disini. Anya sudah menganggap tante Sarah sebagai mamanya.
"Kayanya kamu belum bisa bawa pulang Anya sekarang deh." Ujar tante Sarah.
"Ara ngerti ko tan. Semuanya salah Ara." Ujarku lesu. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. "Kalo gitu Ara pulang dulu ya tan. Ara titip Anya." Ujarku pamit. Aku berjalan dengan lemas. Aku sadar semua ini salahku. Tidak seharusnya aku egois.
"Lo gak apa-apa ra?" Ujar Kevin saat kami diperjalanan pulang.
"Gak ko." Ujarku lesu. Aku menatap lurus ke jendela. Tiba-tiba saja mobil berhenti dan kami tiba di sebuah rumah makan.
"Kita ngapain ke sini?" Ujarku bingung.
"Makan, gue belum makan." Ujar Kevin santai. Aku mengikuti Kevin memasuki rumah makan tersebut.
"Lo mau makan apa?" Ujar Kevin melihat-lihat daftar menu.
"Gue gak laper." Ujarku lesu.
"Mbak ayam bakarnya 2 sama minumnya lemon tea 2." Ujar Kevin memberikan daftar menu kepada salah satu pelayan di sana.
"Kan gue bilang gue gak laper." Ujarku.
"Muka lo pucet gitu ra. Pokoknya lo harus makan." Ujar Kevin tetep kekeuh.
"Gue egois ya." Ujarku menundukkan kepala. Suasana rumah makan itu sangat sepi sehingga membuat nyaman.
"Lo kenapa ra?" Ujar Kevin cemas."Gue udah ngelarang Anya ketemu lo sampe Anya kabur." Bulir-bulir air mata mulai membasahi pipiku. "Gue bukan kakak yang baik. Semenjak nyokap gak ada gue berusaha buat tegar di depan Anya. Gue berusaha ngebuat Anya seneng tapi ternyata gue malah nyakitin dia." Aku menundukkan mukaku lebih dalam lagi.
Kevin menggenggam erat tanganku berusaha menguatkanku. Air mata terus menetes. Aku merasakan kehangatan di tangan Kevin.
"Lo kakak yang baik ko ra. Gue liat ketulusan lo sayang sama Anya. Kejadian kemarin gue yang salah, besok gue jelasin ke Anya ya." Ujar Kevin lembut. Aku mengangkat wajahku, kulihat senyum Kevin menyejukkan hatiku. Ia menghapus air mataku dengan lembut.
"Jangan nangis lagi ya. Gue gak suka liatnya." Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Kevin. Setelah makan Kevin mengantarku pulang.

***

Sudah dua hari Anya tidak di rumah. Rumah terasa sangat sepi. Aku duduk di pinggir kolam renang. Memainkan air dengan kedua kakiku.
"Kak Ara." Suara yang tak asing memanggilku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat Anya berlari ke arahku.
"Maafin kakak ya." Ujarku memeluknya. Kulihat Kevin berdiri di sana dan tersenyum.
"Anya yang salah udah buat kakak sedih." Ujarnya lugu.
"Jangan kabur lagi ya." Ujarku membelai lembut rambutnya.
"Iya, aku ke kamar dulu ya ka." Ujar Anya meninggalkanku dengan Kevin. Kevin menghampiriku.
"Thank's vin." Ujarku.
"Besok gue mau ngajak lo ke suatu tempat." Ujar Kevin tersenyum.

***

"Kita mau kemana?" Ujarku di dalam mobil.
"Lo pasti tau." Ujar Kevin tersenyum.
Tidak lama kemudian kami pun sampai di sebuah pemakaman. Pemakaman tempat mama di semayamkan. Kevin mengambil satu ikat bunga mawar dari dalam mobilnya. Aku mengikuti langkahnya. Kami berhenti tepat di depan makam mama.
"Tante maaf saya baru bisa ke sini sekarang." Ujarnya bersimpuh di depan pusara mama. Aku diam berdiri mematung.
"Setelah kejadian itu saya mencari tante namun kata pihak rumah sakit tante udah gak ada. Saya sangat berterima kasih atas jasa tante. Maafin saya yang udah buat keluarga tante sedih." Ujar Kevin dengan tulus. Air mataku pun tak bisa di bendung. Aku menangis.
"Sejak kapan lo tau?" Ujarku dengan berat.
"Kemarin saat gue jemput Anya. Awalnya gue emang gak sadar dengan nama Tiara. Tapi saat Anya dan tante Sarah manggil lo Ara gue mulai nyari tau semuanya." Ujar Kevin menjelaskan.
"Jadi selama ini lo baik sama gue karna nyokap gue?"
"Bukan, awalnya gue penasaran kenapa lo benci banget sama gue. Setelah gue deket sama lo gue nyaman. Bahkan gue udah anggep Anya kaya ade gue sendiri." Kevin menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kejadian 5 tahun yang lalu gue gak pernah lupa. Itu pertama kalinya kita ketemu. Lo yang liat nyokap lo ketabrak langsung lari ke arah nyokap lo. Saat liat lo nangis gue ngerasa bersalah banget. Waktu kemarin lo nangis cerita tentang Anya gue langsung inget dengan kejadian itu. Gue kerumah tante Sarah dan nanya tentang kejadian 5 tahun yang lalu."
"Gue gak mau lo kasian sama gue." Ujarku menghapus air mataku.
"Gue sayang sama lo ra. Bukan karna kasian atau pun perasaan bersalah gue. Apa pun yang gue lakuin gak bakal ngerubah apa pun. Saat lo rapuh dan gak tau harus cerita ke siapa lo bisa cari gue. Gue bakal selalu ada buat lo." Kevin memegang tanganku meyakinkanku.
"Lo kan punya Monic."
"Monic itu sahabat gue."
"Tapi waktu itu dia bilang dia cewek lo." Ujarku lugu.
"Waktu itu dia lagi berantem sama pacarnya. Cowoknya Monic itu sepupu gue. Dia tiba-tiba dateng pas gue mau ke rumah lo. Pas gue bilang gue mau pergi dia malah ngamuk. Yaudah gue nemenin dia jadinya." Ujar Kevin menjelaskan.
"Hmm, lo cemburu ya?" Ujar Kevin sambil nyengir.
"Eh, enggak. Kata siapa?" Ujarku memalingkan wajah darinya.
"Gue seneng lo cemburu." Ujar Kevin membisikkan kata tersebut di telingaku. Aku tersenyum senang mendengarnya.
"Tante, saya bakal jagain Ara dan Anya sekarang. Saya pamit pulang dulu ya tante." Ujar Kevin pamit kepada makam mamaku.

***

Aku duduk di tepi kolam renang dan memainkan air dengan kedua kakiku. Aku menatap langit dan tersenyum. 'Makasih mah udah memberi kebahagian untuk aku dan Anya.' Batinku.

Aku menoleh ke belakang. Kevin sedang bersama Anya bermain bersama hewan peliharaan baru kami. Kevin melihat ke arahku dan tersenyum. Aku bersyukur memilikinya dan kami berdua menjalani hari-hari kami dengan senyuman.
                                                                                                                                               
 The End




1 comment:

  1. Casino - Mapyro
    Play 남양주 출장마사지 Free Casino Slot 충청북도 출장샵 Machine Games 김포 출장안마 Online at Mapyro Casino. Use our 안동 출장마사지 variety of free casino 아산 출장샵 games to test your luck, and experience the thrill of  Rating: 3.8 · ‎Review by Casinoyro

    ReplyDelete