"Nama gue Kevin Pratama. Kalian bisa panggil gue Kevin.
Gue pindahan dari Jakarta." Ujar anak baru dikelasku.
Setiap cewek dikelasku hampir tidak berkedip
melihatnya. Namun hanya aku yang tidak suka melihatnya. Ya aku mengenalnya dan
aku juga membencinya. Kevin melihat kearahku tetapi aku membuang pandanganku
kearah lain.
Sudah 2 hari Kevin pindah ke kelasku. Selama itu aku tidak
pernah berbicara dengannya. Aku selalu menjauh apabila dia datang. Sayangnya
hari ini aku tidak beruntung.
"Hari ini kita akan membagi kelompok menjadi 8
kelompok. Sekarang kita berhitung dari depan untuk membagi kelompok." Ujar
Bu Yanah guru ketrampilan dikelasku.
Aku berharap semoga tidak sekelompok dengannya. Namun
sayangnya harapanku pun pupus aku dan Kevin sama-sama mendapat kelompok 5.
"Sial." Ujarku pelan.
Setiap murid telah duduk bersama kelompoknya masing-masing.
Dan aku duduk tepat di depannya. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang.
Kelompokku ada Puput, aku, Fredy, dan Kevin.
"Untuk pratikum minggu depan kita akan membuat maket.
Untuk hari ini kalian akan mendiskusikan bentuk rumah yang kalian akan buat
minggu depan. Sekarang kalian bisa mulai mendiskusikannya. Ibu harus ke ruang
guru dulu jangan ribut ya." Ujar Bu Yanah sebelum keluar meninggalkan
kelas.
"Jadi kita mau buat tipe rumah kaya gimana?" Ujar
Puput membuka pembicaraan.
"Gue si terserah kalian aja." Ujar Kevin santai.
"Kasih pendapat kali." Ujarku jutek.
"Lo kenapa si kayanya gak suka banget sama gue?"
Ujar Kevin sedikit emosi.
"Udah-udah kenapa jadi ribut si. Ra, kita kan kelompok
harus kompak." Ujar Fredy melerai kami.
"Sorry, gue ke toilet dulu." Ujarku pergi keluar
kelas.
"Tiara tunggu, gue ikut." Ujar Puput mengejarku.
***
Aku keluar dari kamar mandi. Kulihat Puput sedang berkaca di
sana. Aku berdiri merapihkan bajuku. Aku harus bisa menahan amarahku.
"Gue bingung deh ra sama lo." Ujarnya sambil
merapihkan rambutnya.
"Bingung kenapa?" Ujarku tidak mengalihkan
pandanganku dari kaca.
"Lo ko kayanya gak suka banget sama Kevin? Padahal
hampir semua cewek di kelas suka sama dia." Ujar Puput melihat ke arahku.
"Termasuk lo kan." Ujarku asal.
"Ye, sok tau lo." Ujar Puput menyenggol tanganku.
"Udah yuk ke kelas." Ujarnya lagi.
***
"Cewek aneh." Ujar Kevin masih kesal.
"Udahlah bro, jangan emosi gitu kan gak enak. Kita kan
sekelas gak baik kalo sering berantem." Ujar Fredy berusaha menenangkan
Kevin.
"Abis gue sebel bro, baru kenal udah ngajak ribut. Untung
cewek coba kalo cowok."
"Hmm, setau gue si ya bro, Tiara orangnya gak begitu.
Dia biasanya ramah sama orang." Ujar Fredy bingung.
"Iya tapi kalo sama gue? Sinis banget. Gue harus cari
tau kayanya." Ujar Kevin dengan muka serius.
***
"Hari ini kita omongin di rumah gue aja. Kayanya kalo
di sekolah kurang dapet inspirasi deh." Ujar Puput.
"Boleh juga ide lo put, gimana pada setuju gak?"
Ujar Fredy.
"Yaudah." Ujarku dan Kevin hampir berbarengan.
"Ciye kompak banget." Ujar Puput menyenggol tanganku.
"Apaan si put?" Ujarku kesal.
"Oke, jadi pulang sekolah jangan ada yang kabur
ya." Ujar Fredy.
***
Sudah hampir lima belas menit kami menunggu Kevin tapi anak
itu tidak juga muncul. "Si kevin kemana si dy?" Ujarku sebal.
"Tadi si katanya dia di panggil sama ketua basket.
Paling bentar lagi juga muncul." Ujar Fredy.
"Bener tuh ra. Sabar aja." Ujar Puput nyengir.
"Sorry sorry nunggu lama." Ujar Kevin sedikit
berlari menghampiri kami.
"Yaudah yuk langsung berangkat aja." Ujarku sudah
bt.
"Yaudah, gue sama Puput, lo sama Kevin ya ra."
Ujar Fredy.
"Gue sama lo aja deh." Ujarku menolak.
"Yaudah, lo sama Puput ya vin." Ujar Fredy.
Setengah jam perjalanan telah kami tempuh. Matahari bersinar
sangat terik siang itu. Kami pun sampai di depan sebuah rumah sederhana namun
terlihat mewah. "Ayo masuk." Ujar Puput mempersilahkan kami masuk.
Setelah beristirahat diskusi pun kami mulai. Akhirnya kami
memutuskan untuk membuat maket yang minimalis tapi tetap dapat terlihat mewah.
Kami pun sudah merencanakan hari minggu akan pergi membeli bahan-bahan yang
diperlukan.
"Udah sore ni, kayanya gue harus balik deh put."
Ujarku membereskan barang-barangku.
"Yaudah kalo gitu kita semua balik aja." Ujar
Fredy. "Lo dianterin Kevin aja ra, kan kalian searah." Ujarnya lagi.
"Gue bisa balik sendiri ko." Ujarku menolak.
"Udah gak apa-apa ra, lagian udah sore." Ujar
Puput.
"Yaudah deh." Ujarku pasrah.
***
Sepanjang perjalanan pulang aku maupun Kevin tidak
mengeluarkan sepatah katapun. Perjalanan terasa sangat lama bagiku. Ingin
rasanya secepatnya turun dari boncengannya.
"Gue turun di sini aja." Ujarku ketika kami sampai
di depan gerbang perumahanku. Kevin pun mengikuti permintaanku dan menepikan
motornya.
"Lo kenapa si benci banget sama gue?" Ujar Kevin
membuka helmnya.
"Lo juga bakal tau nanti." Ujarku pergi
meninggalkannya.
***
Aku duduk di atas ranjangku. Kulihat foto keluargaku.
Senyuman almarhum mamaku yang aku rindukan. Bulir-bulir air mata jatuh
membasahi pipiku.
Kejadian 5 tahun yang lalu pun teringat kembali. Saat aku SD
mama berusaha menyelamatkan seorang anak yang hampir tertabrak namun akhirnya
mama sendiri yang menjadi korban. Luka lama yang terbuka kembali.
"Lo jahat vin." Ujarku terisak-isak. Selama ini
aku menyembunyikan kesedihanku. Aku selalu berusaha tegar karna aku harus terlihat
kuat di depan Anya adikku.
***
Kevin merebahkan badannya diatas ranjang. Ia masih tak habis
pikir dengan sikap Tiara ke dia. Padahal mereka baru saja kenal tapi kenapa
Tiara sangat membencinya.
"Gak pernah ada cewek yang sebenci ini sama gue
sebelumnya. Gue harus cari tau ni." Ujarnya bangkit dari tempat tidur dan
mengambil handphone.
"Hallo bro, gue mau nanya ni." Ujar Kevin kepada
seseorang.
"Kenapa bro?" Ujar Fredy. Ternyata Kevin menelepon
Fredy.
"Si Tiara sebenernya anaknya gimana si bro?"
"Weits lo suka ya sama dia?" Ujar Fredy meledek.
"Gue serius panjul." Ujar Kevin dengan nada bt.
"Ok ok, gue becanda ko bro. Tiara itu anaknya baik,
cuma rada pendiem gitu. Gue denger-denger si nyokapnya udah gak ada. Udah gitu
bokapnya kerja di luar negeri." Ujar Fredy panjang lebar.
"Dia tinggal sendiri bro?" Ujar Kevin.
"Dia tinggal sama pembantu dan adenya. Tapi bokapnya
juga suka balik si. Jadi gak sendirian bro."
"Lo tau gak nyokapnya meninggal karna apa?" Ujar Kevin
semakin penasaran.
"Masalah itu gue gak tau. Katanya si waktu dia SD
nyokapnya meninggal."
"Ohh gitu, thank's ya bro." Ujar Kevin menutup teleponnya.
***
Hari ini tepat 5 tahun meninggalnya almarhum mamaku. Aku
pergi bersama adikku dan Bik imah untuk membawakan bunga untuknya. Hari ini
papa tidak bisa pulang karna mendapat tugas mendadak.
Mang Jono supir keluargaku mengantarkan kami ke makam.
Setibanya di sana Anya langsung berlari ke makam mama. Aku masih ingat betapa
sedihnya dia saat mama pergi. Bukannya aku tidak ikut sedih tapi aku tak ingin
membuat Anya semakin sedih.
"Ade, sekarang kita kirim doa ya buat mama."
Ujarku mengelus kepala Anya.
"Anya kangen sama mama kak." Ujar Anya dengan nada
sedih membuat hatiku semakin sedih. Namun aku berusaha tegar.
"Mama juga pasti kangen sama kita. Sekarang kan ada
kakak jadi Anya gak boleh sedih ya." Ujarku berusaha tersenyum.
Setelah selesai berdoa menaburkan bunga. Aku menyuruh bik
Imah dan Mang Jono membawa Anya ke mobil. Aku ingin berdua dengan mama
sebentar.
"Mah, Ara kangen." Ujarku sedih. "Ara ketemu
orang itu mah, orang yang buat mama begini. Ara benci dia mah." Air mataku
mulai menetes.
"Mah, apa Ara salah benci dia? Ara tau semuanya takdir
tapi Ara belum bisa nerimanya mah." Aku tertunduk di depan pusara mamaku
dengan bulir air mata yang menetes.
"Kak Ara ayo pulang." Ujar Anya meneriakiku dari
mobil. Aku buru-buru mengelap air mataku. Anya tidak boleh melihatku menangis.
Aku pun pamit kepada pusara mama dan pergi ke tempat Anya dengan senyum yang ku
paksa.
"Kak Ara tadi nangis ya." Ujarnya lugu.
"Gak kok sayang, nanti kamu di rumah tante Sarah dulu
ya. Kakak ada kerja kelompok." Ujarku tersenyum sambil mengelus kepala
Anya.
"Tapi jemputnya jangan lama-lama ya kak." Ujar
Anya tersenyum riang.
Setelah mengantar Anya aku pun minta Mang Jono mengantarku
ke rumah Puput. Sedangkan bik Imah kembali ke rumah. Kulihat semuanya sudah
berkumpul.
"Sorry telat." Ujarku kepada Puput dan Fredy.
"Gak apa-apa ra, lagian juga mereka baru pada
dateng." Ujar Puput nyengir. "Gimana kalo berangkat sekarang biar gak
kesorean." Ujarnya lagi.
Kami berempat pergi naik mobil Kevin. Aku dan Puput duduk di
belakang. Tapi aku duduk tepat di belakang Kevin. Aku menatap keluar jendela
dengan tatapan kosong. Tanpa aku sadari Kevin memperhatikanku dari spion
mobilnya.
"Vin, lo bawa bunga buat apaan?" Ujar Puput
membuyarkan lamunanku.
"Tau tuh, pas jemput gue juga tuh bunga udah ada."
Ujar Fredy. Aku hanya diam menyimak percakapan mereka.
"Buat seseorang yang berjasa besar dalam hidup
gue." Ujar Kevin masih dengan tatapan ke jalan.
"Nyokap lo ulang tahun?" Ujar Puput dengan
semangat.
"Bukan, waktu gue SD gue hampir tertabrak mobil.
Seorang ibu menyelamatkan nyawa gue tapi malah ibu itu yang tertabrak. Setelah
kejadian itu nyokap bawa gue ke Jakarta biar gue gak trauma. Setiap tahun gue
pasti minta ke sini buat bawain ibu itu bunga. Ya walau gue tau bunga doang gak
cukup buat ngebales jasanya." Ujar Kevin panjang lebar.
Mataku mulai berkaca. Ia tetap ingat dengan pengorbanan yang
ibuku lakukan. Tapi kebencian dalam diriku masih belum bisa aku hilangkan.
***
Tiba-tiba Kevin menghentikan mobilnya di depan sebuah SD
yang sepi. "Bentar ya gue turun dulu." Ujar Kevin turun dari mobil
sambil membawa seikat bunga mawar.
Aku melihat dari dalam mobil. Kevin tampak sangat sedih
ketika menaruh bunga itu dipinggir jalan. Tempat dimana ibuku terbunuh. Kulihat
Kevin seperti mengatakan beberapa kalimat tapi aku tak bisa mendengarnya.
"Tante, makasih banget karena waktu itu tante udah
nyelametin saya. Tapi nyawa tante yang gak bisa diselamatkan. Cuma ini yang
bisa saya lakukan buat tante." Ujar Kevin sedih. Setelah mengatakan itu
Kevin pun pergi kembali ke mobilnya.
Kami berempat melanjutkan perjalanan kami. Setelah menemukan
barang-barang yang dibutuhkan kami berempat pun duduk di cafe untuk makan.
"Kapan-kapan kita jalan-jalan lagi yuk." Ujar
Puput dengan ceria.
"Ide bagus tuh put." Ujar Fredy sambil mengambil
kentang goreng dan memakannya. Aku tidak begitu memperhatikan ucapan mereka.
Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri.
"Makanan bukan buat diliatin kali ra." Ujar Kevin
membuyarkan lamunanku."Siapa yang cuma ngeliatin?" Ujarku jutek. Aku
tidak tau harus bersikap seperti apa kepadanya.
"Gimana ra? Lo mau kan?" Ujar Puput.
"Mau apa put?" Ujarku masih tidak nyambung.
"Kalo kita jalan-jalan lagi, lo mau kan?" Ujar
Puput.
"Liat nanti ya put, gue gak bisa ninggalin Anya
sendirian soalnya." Ujarku.
Setelah makan kami pun memutuskan untuk pulang. Karna hari
sudah hampir sore. "Gue nganterin Puput, Fredy, baru lo ya ra." Ujar
Kevin masih dengan tatapan ke depan.
"Gue turun dirumah Puput aja." Ujarku menolak.
"Udah ra, lo kan searah. Sekalian aja." Ujar Puput
sambil menyengol tanganku.
"Tapi kan gue mau ke rumah tante gue dulu put."
Ujarku berusaha mengelak.
"Yaudah gak apa-apa gue anterin aja sekalian."
Ujar Kevin.
"Tuh kan ra, udah lo dianterin Kevin aja biar gue
tenang." Ujar Puput. Tidak lama kemudian kami pun sampai dirumah Puput.
"Vin, titip ya." Ujar Puput sambil menunjuk
kearahku.
"Apaan si put?" Ujarku sebal. Namun Puput malah
tertawa.
Kami pun melanjutkan perjalanan. Kami pun sampai dirumah
Fredy. "Hati-hati ya ra, Kevin suka gigit." Ujar Fredy sambil
nyengir.
"Ye emang gue anjing galak apa." Ujar Kevin kesal.
Kevin pun memacu mobilnya meninggalkan rumah Fredy. Aku masih duduk di belakang
dengan tatapan kosong. Namun tiba-tiba Kevin memberhentikan mobilnya
mengagetkanku.
"Mobil lo mogok ya?" Ujarku bingung. Namun Kevin
hanya tertawa melihat ekspresi kagetku.
"Rese lo." Ujarku kesal.
"Udah pindah depan cepet." Ujarnya.
"Gak mau." Ujarku memalingkan muka.
"Yaudah kalo gitu gue gak mau jalan." Ujar Kevin
ngotot. Akhirnya aku menuruti ucapannya.
"Kenapa si gue harus duduk depan?" Ujarku kesal.
"Jangan marah kali ra, gue gak enak aja kalo lo duduk
belakang udah kaya supir aja." Ujar Kevin memberi alasan.
"Lo tiap tahun naro bunga di tempat tadi?" Ujarku
dengan muka menghadap ke jendela.
"Iya, cuma itu yang bisa gue lakuin." Ujar Kevin
sedih.
"Lo gak berusaha nyari tau alamat ibu itu?" Ujarku
sinis.
"Gue udah nanya sama orang tua gue tapi mereka juga gak
tau. Gue ke rumah sakit tapi rumah sakit gak mau ngasih tau." Ujar Kevin
pasrah.
"Belok kanan." Ujarku sadar karna rumah tanteku
sudah dekat. "Gue jemput Anya dulu." Ujarku ketika kami sampai. Aku
masuk ke rumah tanteku, sedangkan Kevin menunggu di mobil. Saat melihatku
keluar bersama Anya dan tante dia pun keluar mobil dan memberi salam kepada
tante Sarah.
"Sore tante." Ujarnya ramah.
"Kamu sama temen ra? Kenapa gak diajak masuk?"
Ujar tante Sarah ramah.
"Tadi dia mau nunggu di mobil aja katanya." Ujarku
asal.
"Iya tante, gak enak ngerepotin." Ujar Kevin.
"Aku pulang dulu ya tan." Ujarku salim dengan
tante Sarah.
"Kapan-kapan main lagi ya." Ujar tante Sarah.
Aku, Anya, dan Kevin masuk ke dalam mobil melanjutkan
perjalanan pulang. "Kak, Anya mau makan pizza." Ujar Anya saat kami
baru masuk mobil.
"Nanti ya kalo kita udah sampe rumah." Ujarku tersenyum
mengelus rambut Anya.
"Tapi Anya mau makannya sekarang." Ujar Anya
manja.
"Kita ke PH ya sekarang." Ujar Kevin tersenyum.
"Beneran kak?" Ujar Anya senang.
"Gak usah vin, gue sama Anya pulang aja." Ujarku
tidak enak.
"Udah gak apa-apa ra." Ujar Kevin mengelus kepala
Anya.
***
"Lo kalo mau balik duluan gak apa-apa kok." Ujarku
sambil melihat Anya yang sibuk makan.
"Gue gak setega itu ra." Ujar Kevin sambil meminum
minuman yang ia pesan. "Lagian gue seneng ko ngajak ade lo
jalan-jalan." Ujarnya sambil tersenyum. Deg. Tiba-tiba jantungku berdetak
kencang.
"Kak kapan-kapan kita jalan-jalan lagi ya." Ujar
Anya kepada Kevin.
"Boleh." Ujar Kevin sambil tersenyum. Anya
terlihat sangat senang. Selesai makan kami menuju mobil untuk pulang. Jam sudah
menunjukkan pukul 7 malam. Karena lelah Anya sudah tertidur di kursi belakang.
"Thank's buat hari ini." Ujarku memecah kesunyian.
"Sipp, sebagai balasannya besok lo harus bantuin gue
bawa barang-barang ke sekolah." Ujarnya nyengir.
"Ada udang dibalik batu." Ujarku sebal.
"Eits, demi kelompok." Ujar Kevin sebelum aku
tambah protes.
"Oke." Ujarku. Kemudian hening kembali. "Udah
lama Anya gak ketawa kaya tadi." Ujarku pelan.
"Kalo lo mau jalan-jalan sama Anya calling gue
aja."
Kami pun sampai dirumah. Kevin menganggkat Anya masuk ke
dalam kamarnya. "Gue langsung balik ya." Ujar Kevin setelah kami
keluar kamar.
"Baru juga gue mau nyuruh lo cepet pulang." Ujarku
meledek. Kami pun tertawa. Untuk pertama kalinya aku tertawa lagi.
***
Pagi itu handphoneku berbunyi ada sebuah pesan masuk dari
nomor yang tidak ku kenal. Aku pun membukanya.
Gue
udah di depan rumah lo ni
Bisa
keluar sekarang?
By
» Kevin
Darimana dia tau nomor handphoneku? Kulirik jam masih pukul
6. "Ini anak kerajinan amat?" Keluhku. Aku berjalan keluar rumah.
Kulihat Mang Jono sedang mencuci mobil. Di luar gerbang kulihat mobil jazz
hitam terparkir disana.
"Lo rajin banget si pagi-pagi udah ke rumah gue."
Ujarku kesal.
"Gak inget itu?" Ujarnya sambil menunjuk bagasi
yang penuh dengan barang-barang kelompok.
"Kan bisa sama Fredy atau gak Puput." Aku
mencari-cari alasan.
"Mereka kejauhan dari rumah ntar yang ada gue
muter-muter. Btw gue belom sarapan nih." Ujarnya sambil nyengir.
"Yaudah masuk." Ujarku sambil cemberut.
"Rumah lo sepi banget. Anya mana?" Ujarnya memberi
komentar.
"Bentar lagi juga turun." Ujarku mengambil satu
piring lagi untuknya.
"Kak Kevin." Ujar Anya berlari menghampiri Kevin
dan memeluknya. Aku hanya diam. Anya tak pernah mau dekat dengan teman-temanku
sebelumnya.
"Pagi cantik." Ujar Kevin sambil tersenyum.
"Kak Kevin sering-sering main ke sini ya. Abis aku gak
punya temen." Ujarnya lugu. Anya terlihat sangat manja dengan Kevin.
"Anya gak boleh gitu." Ujarku memberikannya
sepiring nasgor.
"Gak apa-apa lagi ra. Lagian gue seneng ko main sama
Anya. Malah gue udah anggep Anya kaya ade gue sendiri." Aku Kevin.
"Kak Kevin boleh kan kak sering main ke sini?"
Ujar Anya penuh harap. Aku tidak bisa menolak keinginannya.
"Boleh, tapi Anya gak boleh bandel. Oke." Ujarku
membelai lembut rambutnya. Ia senang dengan jawabanku dan memelukku.
"Kita berangkat sekarang yuk, nanti telat." Ujarku
kepada Anya. Anya berlari keluar duluan. "Gue harus nganterin Anya
dulu." Ujarku kepada Kevin.
"Yaudah sekalian aja." Ujarnya santai.
Akhirnya aku meminta Mang Jono untuk tetap di rumah. Kami bertiga
melaju menuju sebuah sekolah SD. Setelah mengantar Anya kami pun pergi menuju
sekolah.
"Jadi gue bawa apa?" Ujarku saat kami sampai di
parkiran. Kevin memberiku satu paper bag yang berisi alat-alat sedangkan ia
yang membawa sisanya.
"Kalo cuma bawa ini kan lo bisa sendiri." Ujarku
kesal.
"Iya si, gue cuma nyari alesan doang kemaren."
Ujarnya tanpa merasa bersalah. "Gue males kalo bawa mobil sendiri, mau
bawa motor tapi pasti ribet. Makanya gue ngajak lo deh." Jelasnya.
"Ya ya ya." Ujarku bt.
Kami berdua masuk ke dalam kelas diikuti dengan sorot mata
tak percaya. Kami berdua pun duduk di depan Fredy dan Puput.
"Eh romeo dan juliet udah dateng." Ujar Puput
sambil nyengir.
"Mana teng." Ujarku kesal. Tapi Puput dan Fredy
malah tertawa.
"Pisss ra." Ujar Puput mengacungkan kedua jarinya.
***
Hari demi hari pun terlewati. Kevin sering main kerumahku
dan mengajak Anya bermain. Kadang ia membawa makanan ataupun DVD untuk ditonton
bersama. Tapi hari ini berbeda Kevin mengajak aku dan Anya pergi ke taman
hiburan.
Anya sangat bersemangat. Awalnya aku menolaknya. Namun karna
Anya memaksa akhirnya aku mengikuti kemauannya. Kami bertiga menaiki berbagai
permainan disana. Banyak foto yang kami abadikan.
Kevin membawa kamera SLR nya. Banyak foto yang ia ambil.
Dari mulai suasana taman hiburan sampai fotoku dan Anya.
"Lo gak ada kerjaan ya?" Ujarku ketika kami
beristirahat.
"Maksudnya?" Ia tak mengerti.
"Lo sering banget ke rumah gue, bahkan sampe ngajak
jalan-jalan. Mang ortu lo gak nyariin?" Ujarku sambil memakan es krim.
"Ortu gue kerja di Jakarta. Gue disini cuma sama kakak
gue. Udah gitu dia juga kerja. Makanya gue bt kalo di rumah." Jelasnya.
"Kan bisa jalan bareng Fredy." Ujarku asal.
"Fredy sibuk sama Puput, ntar gue jadi obat nyamuk
doang lagi."
"Fredy sama Puput?" Ujarku tak mengerti.
"Mereka kan jadian. Mang lo gak tau?"
Aku hanya menggeleng. Kevin mengacak-acak rambutku.
"Makanya jangan suka ngelamun." Ujarnya sambil tersenyum.
Crek.. Suara kamera berbunyi. Kami berdua menenggok bersamaan.
"Anya." Ujarku mengejarnya. Namun Anya malah bersembunyi di belakang
Kevin. Kevin melihat hasil gambar yang diambil oleh Anya. Ia hanya tersenyum.
"Pulang yuk." Ujar sambil tersenyum.
Anya tak pernah mau lepas dari Kevin. Bahkan saat Kevin
pamit pulang pasti Anya bakal ngambek kalo Kevin tidak janji akan main lagi.
Anya sangat menyukai Kevin.
***
Hari ini Kevin akan main ke rumah. Anya sangat senang. Dia
bahkan terus menanyakan kapan Kevin akan datang. Dia terus memaksaku untuk menghubungi
Kevin.
"Bentar lagi juga kak Kevin nya dateng kok."
Ujarku membelai rambutnya. Ia ngambek tidak mau melihatku. "Yaudah kak Ara
telephone deh biar Anya gak ngambek lagi." Ujarku merayunya dan benar saja
Anya langsung bangun dan tersenyum.
Ku pencet nomor Kevin dan menelephone nya. Tidak beberapa
lama kemudian suara seorang cewek mengangkat telephonenya.
"Hallo, siapa ni?" Ujar suara di seberang sana.
"Kevinnya ada?" Ujarku langsung to the point.
"Kevinnya lagi di toilet, ini siapa?" Suara wanita
itu terdengar sangat tidak suka.
"Ini temen sekelasnya, ini siapanya Kevin?" Ujarku
dengan nada hati-hati.
"Gue ceweknya." Ujar cewek itu jutek.
"Tolong sampein sama Kevin tadi temennya telephone.
Makasih." Ujarku berusaha ramah. Anya menatapku penuh harap. Aku hanya mengangkat
bahu.
"Kak Kevin gak jadi kesini ya?" Ujarnya kecewa.
"Iya, kan ada kak Ara. Gimana kalo kita jalan-jalan ke
mall." Ujarku menghibur Anya.
"Gak mau." Anya ngambek.
"Anya mau apa? Nanti kak Ara beliin deh." Ujarku
membujuknya dan akhirnya ia menerima tawaranku.
***
Sesampainya di sana Anya mengajakku ke toko boneka. Ia
memang sudah lama ingin membeli boneka teddy yang besar. Namun karna aku sibuk
belum sempat membelikannya.
Setelah membeli boneka kami menuju sebuah tempat makan.
Namun sayangnya di sana aku bertemu Kevin dan seorang cewek. Apa itu cewek yang
tadi? Ujarku dalam hati. Anya yang menyadari kehadiran Kevin dan ia pun berlari
menuju meja Kevin.
"Kak Kevin." Ujarnya memeluk Kevin.
"Hei cantik, kamu sama siapa?" Ujar Kevin membelai
rambut Anya. Cewek itu tampak tak suka dengan kedatangan Anya.
"Anya." Ujarku menghampiri mereka. Kevin tampak
bingung melihatku.
"Siapa vin?" Ujar cewek itu jutek.
"Ini Tiara kakaknya Anya. Tiara ini Monic." Ujar
Kevin.
"Sorry ya udah ganggu, kalo gitu gue duluan ya. Ayo
de." Ujarku membawa Anya meninggalkan mereka. Suasana hatiku sangat kacau
saat itu.
***
Anya ngambek denganku. Seharian ia tidak mau bicara. Aku
bingung tidak biasanya Anya seperti ini. Apa ia kesepian? Aku menatap lurus ke
luar jendela kelas. Suasana kelas sedang sepi semua murid sedang istirahat.
Aku membaringkan kepalaku di atas meja. Kepalaku pusing
memikirkan cara supaya Anya tidak terlalu mengharapkan Kevin lagi. Aku
memejamkan mataku sejenak. Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipiku. Aku
langsung terbangun. Kulihat Kevin datang dengan membawa minuman dingin.
"Nih." Ujarnya sambil nyengir.
"Thank's." Aku mengambil minuman itu dan terdiam.
Ia duduk di depanku dan minum dengan santai. Aku menghela nafas.
"Kayanya besok-besok lo gak usah ke rumah gue lagi
deh." Ujarku mengalihkan pandangan keluar.
"Kenapa ra?" Ujarnya tak mengerti.
"Gue gak mau Anya kecewa lagi. Gue ngerti ko kalo lo
punya urusan sendiri. Tapi seengaknya lo bilang dulu. Sekarang Anya gak mau
ngomong padahal sebelumnya dia gak pernah begini." Ujarku masih tak melihat
wajahnya.
Saat ini aku tak tau bagaimana perasaanku. Aku sedih karena
Anya ngambek tapi entah kenapa aku lebih kesal melihat kejadian kemarin.
"Gue gak bermaksud buat ngecewain Anya ra. Kemaren
Monic tiba-tiba maksa gue buat jalan sama dia." Jelas Kevin.
"Gue ngerti banget vin. Tapi gue mohon jangan deketin
Anya lagi." Ujarku meninggalkan Kevin. Kevin sangat kecewa mendengarkan
ucapanku.
***
Aku membaringkan tubuhku di ranjang. Tiba-tiba ku dengar
suara pintu mengetuk kamarku. Tok.. Tok..
"Masuk." Ujarku singkat masih dengan mata
terpejam.
"Maaf non, non Anya nya belum pulang dari tadi
siang." Ujar bik Imah panik.
"Belum pulang gimana bik? Mang Jono mana?" Aku
langsung bangun panik. Kutelepon semua nomor teman-teman Anya tapi tidak satu
orang pun yang tau. 'Apa Anya mencari Kevin?' Ujarku dalam hati. Tanpa ragu-ragu
aku telephone nomor Kevin.
"Hallo, kenapa ra?" Ujar Kevin mengangkat
telephoneku.
"Anya ada disitu?" Ujarku panik.
"Gak ada ra. Emang Anya belum pulang?" Ujar Kevin
terdengar khawatir.
"Belum, gue udah telephone temen-temen Anya tapi gak
ada yang tau."
"Yaudah gue ke rumah lo sekarang, kita cari Anya."
Ujar Kevin menutup telephone nya.
Dua puluh menit kemudian Kevin datang. Sebelumnya aku sudah
meminta bik Imah dan Mang Jono mencari Anya. Aku menghampiri Kevin dan langsung
masuk ke mobilnya. Kami menyusuri jalan SD sekolah Anya. Tapi tidak ketemu.
"Tante Sarah." Ujarku teringat kalo Anya suka
berkunjung ke sana. Kami pun pergi ke rumah tante Sarah. Setibanya di sana kami
langsung turun.
"Ara." Ujar tante Sarah membuka pintu.
"Anya ada di rumah tante?" Ujarku panik.
"Ada, baru aja dia tidur. Tante belum sempet ngabarin
kamu soalnya tante lagi jagain anak tante." Jelas tante Sarah.
Mendengarnya aku sedikit lega. Tante Sarah mempersilahkan kami berdua masuk.
Rumah tante Sarah adalah rumah kedua bagi Anya. Anya sering
menginap disini. Anya sudah menganggap tante Sarah sebagai mamanya.
"Kayanya kamu belum bisa bawa pulang Anya sekarang
deh." Ujar tante Sarah.
"Ara ngerti ko tan. Semuanya salah Ara." Ujarku
lesu. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. "Kalo gitu Ara pulang dulu ya
tan. Ara titip Anya." Ujarku pamit. Aku berjalan dengan lemas. Aku sadar
semua ini salahku. Tidak seharusnya aku egois.
"Lo gak apa-apa ra?" Ujar Kevin saat kami
diperjalanan pulang.
"Gak ko." Ujarku lesu. Aku menatap lurus ke
jendela. Tiba-tiba saja mobil berhenti dan kami tiba di sebuah rumah makan.
"Kita ngapain ke sini?" Ujarku bingung.
"Makan, gue belum makan." Ujar Kevin santai. Aku
mengikuti Kevin memasuki rumah makan tersebut.
"Lo mau makan apa?" Ujar Kevin melihat-lihat
daftar menu.
"Gue gak laper." Ujarku lesu.
"Mbak ayam bakarnya 2 sama minumnya lemon tea 2."
Ujar Kevin memberikan daftar menu kepada salah satu pelayan di sana.
"Kan gue bilang gue gak laper." Ujarku.
"Muka lo pucet gitu ra. Pokoknya lo harus makan."
Ujar Kevin tetep kekeuh.
"Gue egois ya." Ujarku menundukkan kepala. Suasana
rumah makan itu sangat sepi sehingga membuat nyaman.
"Lo kenapa ra?" Ujar Kevin cemas."Gue udah
ngelarang Anya ketemu lo sampe Anya kabur." Bulir-bulir air mata mulai
membasahi pipiku. "Gue bukan kakak yang baik. Semenjak nyokap gak ada gue
berusaha buat tegar di depan Anya. Gue berusaha ngebuat Anya seneng tapi
ternyata gue malah nyakitin dia." Aku menundukkan mukaku lebih dalam lagi.
Kevin menggenggam erat tanganku berusaha menguatkanku. Air
mata terus menetes. Aku merasakan kehangatan di tangan Kevin.
"Lo kakak yang baik ko ra. Gue liat ketulusan lo sayang
sama Anya. Kejadian kemarin gue yang salah, besok gue jelasin ke Anya ya."
Ujar Kevin lembut. Aku mengangkat wajahku, kulihat senyum Kevin menyejukkan
hatiku. Ia menghapus air mataku dengan lembut.
"Jangan nangis lagi ya. Gue gak suka liatnya." Aku
hanya mengangguk mengiyakan ucapan Kevin. Setelah makan Kevin mengantarku
pulang.
***
Sudah dua hari Anya tidak di rumah. Rumah terasa sangat
sepi. Aku duduk di pinggir kolam renang. Memainkan air dengan kedua kakiku.
"Kak Ara." Suara yang tak asing memanggilku. Aku
menoleh ke belakang dan kulihat Anya berlari ke arahku.
"Maafin kakak ya." Ujarku memeluknya. Kulihat
Kevin berdiri di sana dan tersenyum.
"Anya yang salah udah buat kakak sedih." Ujarnya
lugu.
"Jangan kabur lagi ya." Ujarku membelai lembut
rambutnya.
"Iya, aku ke kamar dulu ya ka." Ujar Anya
meninggalkanku dengan Kevin. Kevin menghampiriku.
"Thank's vin." Ujarku.
"Besok gue mau ngajak lo ke suatu tempat." Ujar
Kevin tersenyum.
***
"Kita mau kemana?" Ujarku di dalam mobil.
"Lo pasti tau." Ujar Kevin tersenyum.
Tidak lama kemudian kami pun sampai di sebuah pemakaman.
Pemakaman tempat mama di semayamkan. Kevin mengambil satu ikat bunga mawar dari
dalam mobilnya. Aku mengikuti langkahnya. Kami berhenti tepat di depan makam
mama.
"Tante maaf saya baru bisa ke sini sekarang."
Ujarnya bersimpuh di depan pusara mama. Aku diam berdiri mematung.
"Setelah kejadian itu saya mencari tante namun kata
pihak rumah sakit tante udah gak ada. Saya sangat berterima kasih atas jasa
tante. Maafin saya yang udah buat keluarga tante sedih." Ujar Kevin dengan
tulus. Air mataku pun tak bisa di bendung. Aku menangis.
"Sejak kapan lo tau?" Ujarku dengan berat.
"Kemarin saat gue jemput Anya. Awalnya gue emang gak
sadar dengan nama Tiara. Tapi saat Anya dan tante Sarah manggil lo Ara gue
mulai nyari tau semuanya." Ujar Kevin menjelaskan.
"Jadi selama ini lo baik sama gue karna nyokap
gue?"
"Bukan, awalnya gue penasaran kenapa lo benci banget
sama gue. Setelah gue deket sama lo gue nyaman. Bahkan gue udah anggep Anya
kaya ade gue sendiri." Kevin menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan
ucapannya.
"Kejadian 5 tahun yang lalu gue gak pernah lupa. Itu
pertama kalinya kita ketemu. Lo yang liat nyokap lo ketabrak langsung lari ke
arah nyokap lo. Saat liat lo nangis gue ngerasa bersalah banget. Waktu kemarin
lo nangis cerita tentang Anya gue langsung inget dengan kejadian itu. Gue
kerumah tante Sarah dan nanya tentang kejadian 5 tahun yang lalu."
"Gue gak mau lo kasian sama gue." Ujarku menghapus
air mataku.
"Gue sayang sama lo ra. Bukan karna kasian atau pun
perasaan bersalah gue. Apa pun yang gue lakuin gak bakal ngerubah apa pun. Saat
lo rapuh dan gak tau harus cerita ke siapa lo bisa cari gue. Gue bakal selalu
ada buat lo." Kevin memegang tanganku meyakinkanku.
"Lo kan punya Monic."
"Monic itu sahabat gue."
"Tapi waktu itu dia bilang dia cewek lo." Ujarku
lugu.
"Waktu itu dia lagi berantem sama pacarnya. Cowoknya
Monic itu sepupu gue. Dia tiba-tiba dateng pas gue mau ke rumah lo. Pas gue
bilang gue mau pergi dia malah ngamuk. Yaudah gue nemenin dia jadinya."
Ujar Kevin menjelaskan.
"Hmm, lo cemburu ya?" Ujar Kevin sambil nyengir.
"Eh, enggak. Kata siapa?" Ujarku memalingkan wajah
darinya.
"Gue seneng lo cemburu." Ujar Kevin membisikkan
kata tersebut di telingaku. Aku tersenyum senang mendengarnya.
"Tante, saya bakal jagain Ara dan Anya sekarang. Saya
pamit pulang dulu ya tante." Ujar Kevin pamit kepada makam mamaku.
***
Aku duduk di tepi kolam renang dan memainkan air dengan
kedua kakiku. Aku menatap langit dan tersenyum. 'Makasih mah udah memberi
kebahagian untuk aku dan Anya.' Batinku.
Aku menoleh ke belakang. Kevin sedang bersama Anya bermain bersama hewan peliharaan baru kami. Kevin melihat ke arahku dan tersenyum. Aku bersyukur memilikinya dan kami berdua menjalani hari-hari kami dengan senyuman.
Aku menoleh ke belakang. Kevin sedang bersama Anya bermain bersama hewan peliharaan baru kami. Kevin melihat ke arahku dan tersenyum. Aku bersyukur memilikinya dan kami berdua menjalani hari-hari kami dengan senyuman.
The End
Casino - Mapyro
ReplyDeletePlay 남양주 출장마사지 Free Casino Slot 충청북도 출장샵 Machine Games 김포 출장안마 Online at Mapyro Casino. Use our 안동 출장마사지 variety of free casino 아산 출장샵 games to test your luck, and experience the thrill of Rating: 3.8 · Review by Casinoyro