"Sorry..." Kataku
ketika tidak sengaja menabrak seseorang di pesta itu.
"Kalo jalan pake mata
makanya." Ujar cowok itu ketus. Ia terdiam melihatku lalu pergi begitu
saja.
"Dasar cowok aneh."
Keluhku ketika ia pergi. Aku tidak perduli apa dia mendengar ucapanku atau
tidak.
"Vi, kenapa lo?"
Ujar Nova saudari kembarku.
"Gak ko Va, ternyata di
pesta kaya gini ada orang aneh." Ujarku asal.
"Hustt ngawur aja
lo." Ujar Nova menyenggol tanganku. "Dicariin mama papa tuh."
Ujarnya lagi. Kami berdua pun menghampiri orang tua kami.
"Kamu kemana aja si
sayang?" Ujar mama.
"Dari toilet mah."
Ujarku singkat.
"Papa mau kalian ketemu
sama seseorang." Ujar papa mengajak kami menemui temannya. Aku dan Nova
pun mengikutinya dari belakang.
"Pak Anton." Ujar
papa memanghampiri temannya.
"Pak Andi sudah lama kita
tidak bertemu." Ujar Pak Anton berjabat tangan dengan papa.
"Kenalkan ini istri saya
dan kedua putri saya Nova dan Novi." Ujar papa ramah.
"Malem om." Ujar
kami berdua sambil tersenyum.
"Wah anakmu cantik-cantik
ya Ndi." Ujar Pak Anton. Seorang wanita seumuran dengan mama menghampiri
kami diikuti dengan seorang anak laki-laki dibelakangnya. Anak itu seperti tak
asing untukku. 'Cowok yang tadi' kataku dalam hati.
"Kenalkan ini istriku dan
putraku Sam." Ujar Pak Anton lagi.
Perbincangan antar keluarga
kami pun berlanjut. Mama mengobrol dengan tante Shinta istri om Anton, papa
mengobrol dengan om Anton, dan Nova mengobrol dengan Sam. Saat mereka semua
lenggah aku melarikan diri. Tanpa ku ketahui Sam melihatku pergi.
Aku memang tidak suka dengan
suasana seperti ini. Terlalu formal. Apalagi harus memakai hells yang membuat
kakiku lecet.
Aku duduk di tepi kolam renang
dimana tidak ada seorang pun di sana. Kubuka hells yang telah menyiksaku dan
merendam kakiku di dalam air. "Coba tadi gue bawa ipod." Ujarku
sambil memainkan kakiku di air.
Langkah kaki terdengar
berjalan kearahku. Aku tidak peduli mungkin itu hanya tamu yang sedang mencari
udara segar. "Lo lagi." Ujar cowok itu tepat berdiri di sebelahku.
Aku menoleh dan kulihat Sam berdiri di sana.
"Ngapain lo ke
sini?" Ujarku sinis.
"Ini kan tempat umum,
jadi suka-suka gue dong mau kemana." Ujarnya cuek.
"Ya ya ya terserah
lo." Ujarku mengangkat bahu. Aku hendak berdiri namun karna kakiku basah
aku terpleset dan Sam menarik tanganku sehingga aku tidak jatuh ke air tapi ke
pelukkannya. Deg. Wajah kami sangat dekat.
Dengan cepat aku melepaskan
pelukannya. Kuambil hells ku dan pergi secepat mungkin meninggalkannya. 'Kenapa
harus ditolongin dia si.' keluhku dalam hati. Sam melihatku dan tersenyum.
Namun aku tidak memperhatikannya.
***
Hari ini aku bangun pagi,
seperti biasa setiap minggu pagi aku selalu berlari mengelilingi kompleks
perumahanku. Sambil mendengarkan musik aku berlari. Aku melewati sebuah rumah
yang sudah lama kosong seperti ada yang baru saja pindah. Aku berlari dengan
tatapan menuju rumah itu.
Brukk.. Aku menabrak
seseorang. "Aduhh.." Ujarku jatuh terduduk. Seorang cowok tersenyum
dan mengulurkan tangannya membantuku bangun.
"Thank's." Ujarku
setelah dapat berdiri.
"You're welcome."
Ujar cowok itu ramah.
"Ray." Seseorang
dari arah belakangku memanggil cowok itu. Aku menoleh dan kulihat Sam berdiri
di sana. 'Kenapa harus ketemu sama tu orang si.' Keluhku dalam hati.
Sam menghampiri kami berdua.
Tidak ada waktu untukku melarikan diri. Aku terjebak. "Gue kira lo nyasar
gak balik-balik." Ujar Sam. "Lo ngapain di sini?" Ujar Sam saat
melihatku.
"Eh gue lagi lari
pagi." Ujarku salting. "Gue duluan ya." Ujarku melarikan diri.
"Lo kenal dia? Ko mukanya
kaya gue kenal ya." Ujar Ray saat aku pergi.
"Dia? Tetangga jauh. Yuk
masuk bro." Ujar Sam mengajak Ray masuk rumahnya.
***
"Noviiii bangun."
Teriak Nova mengagetkanku. Aku terbangun.
"Lo kenapa si
teriak-teriak?" Keluhku bt. Setelah lari pagi lalu sarapan dan mandi aku
tidur.
"Temenin gue jalan
yuk." Ujar Nova nyengir.
"Lo aja deh, gue mau
tidur." Ujarku menarik selimut dan hendak tidur.
"Novi ayo temenin
gue." Ujar Nova menggoyang-goyangkan tubuhku sambil memohon.
"Lo pergi sama
temen-temen lo aja kan biasanya gitu, gue ngantuk." Ujarku masih
bersembunyi dibalik selimut. Nova pun akhirnya menyerah dan berangkat sendiri.
***
Waktu menunjukkan pukul 4 sore,
aku bangun lalu mandi. Aku menuruni tangga, rumah terlihat sangat sepi.
"Bik Nah." Ujarku memanggil pembantu dirumah kami.
"Iya non." Ujarnya
menghampiriku.
"Mama sama papa
mana?" Ujarku membuka tutup makanan di meja.
"Pergi non katanya ada
acara di luar." Ujar bik Nah menyiapkanku makan.
"Nova belum balik
bik?" Tanyaku lagi. Saat itu juga terdengar suara mobil dari depan rumah.
"Belom non, itu kayanya
non Nova pulang deh. Bibik bukain pintu dulu ya non." Ujar bik Nah pergi
membukakan Nova pintu.
Nova masuk dengan belanjaan di
tangannya. Untuk soal belanja Nova terbilang sangat boros. Dia duduk di depanku
sambil tersenyum. "Tebak gue beli apa?" Ujarnya senang.
"Kuda." Ujarku asal.
"Ye emang ada yang
jual." Ujarnya bt namun ia buru-buru menghilangkan bt nya sambil
menunjukkan sebuah dress yang sederhana namun terlihat anggun. "Bagus
kan?" Ujarnya menunjukkan baju itu kepadaku.
"Hmmm." Ujarku sibuk
dengan makananku.
"Ah lo Vi, bukannya kasih
tanggepan." Keluhnya. Lalu ia naik tangga menuju kamarnya. Untuk soal
fashion aku tidak mengerti sama sekali berbeda dengan Nova.
***
"Pagi anak-anak hari ini
kita akan kedatangan teman baru." Ujar Bu Anis di kelasku. Aku tidak
tertarik. Aku hanya menatap keluar jendela.
"Hai nama gue Ananda
Samuel. Tapi kalian bisa panggil gue Sam." Ujar cowok itu. Suara yang tak
asing untukku. Aku menoleh dan kulihat anak baru itu ternyata Sam.
"Sam kamu bisa duduk di
sana." Ujar Bu Anis ramah.
Setiap cewek di kelasku
membicarakan Sam. Mereka semua mencoba mencari perhatian Sam. Dari pelajaran
dimulai sampai pelajaran selesai. Istirahat pun tiba. Aku melihat Nova berdiri
di depan kelasku.
"Ngapain non?"
Ujarku menghampirinya sambil menyenggol tangannya.
"Eh gak ngapa-ngapain
Vi." Ujarnya salting.
"Hei Va, kantin
yuk." Ujar seseorang dari belakangku. Aku menoleh dan itu Sam.
"Gue duluan ya Vi."
Ujar Nova berjalan bersama Sam menuju kantin.
"Sejak kapan mereka
deket?" Ujarku heran.
Seharian aku tidak berbicara
dengan Sam. Aku memilih untuk pura-pura tidak mengenalnya. Jam pulang sekolah
sudah tiba. Aku berjalan menuju lapangan basket untuk latihan.
Aku menunggu anak-anak yang
lain mengganti baju. Saat aku sedang mendrible bola seseorang merebutnya dan
memasukkan ke dalam ring. Dan masuk. Aku hanya terdiam bingung.
"Main sendiri gak ada
lawan mana seru." Ujar seseorang menghampiriku.
"Lo?" Ujarku kaget.
"Gue Raymon tapi panggil
aja gue Ray, lo?" Ujar cowok itu mengulurkan tangan.
"Gue Novi." Ujarku
menjabat uluran tangannya lalu tersenyum.
Kami berdua bermain basket
sambil menunggu anak-anak yang lain. Ternyata Ray juga anak basket sekolah
kami, pantas wajahnya tak asing. Dari kejauhan Nova melihat kami berdua lalu ia
pergi.
***
"Vi, tadi siang lo sama siapa di lapangan basket?"
Ujar Nova ketika aku sedang tiduran di kamar.
"Di lapangan?" Ujarku sambil mengingat. "Oh
itu Ray." Ujarku santai.
"Lo udah lama kenal?" Ujar Nova dengan nada yang
terdengar aneh untukku.
"Baru kenal tadi ko. Kenapa emang?" Ujarku
bingung.
"Gak apa-apa kok, nanya aja." Ujarnya nyengir.
"Gue ke bawah dulu ya." Ujarnya lagi.
Kulihat dari gerak-gerik Nova ada yang aneh. Apa Nova
mengenal Ray? Ada hubungan apa dia dengan Ray? Pertanyaan demi pertanyaan terus
muncul di benakku.
***
Hari-hari di sekolah berjalan seperti biasa. Sam masih cuek
denganku dan aku pun tidak perduli. Hari itu hari minggu pagi seperti biasa aku
lari pagi sendirian. Aku berlari melewati rumah Sam. Dari kejauhan aku melihat
Sam, namun aku langsung kabur.
"Vi, bantuin gue mau gak." Ujar Nova saat aku baru
kembali setelah lari pagi.
"Bantu apa? PR?" Tebakku. Untuk soal pelajaran aku
memang lebih pandai dibanding Nova.
"Bukan." Jawabnya singkat.
"Terus?"
"Lo mau gak gantiin gue jalan sama Sam?" Ujarnya
polos.
"Hah? Gue gak mau." Jawabku tegas.
"Plis Vi, sekali ini aja. Gue udah janji sama
dia." Ujar Nova penuh harap.
"Kenapa gak lo aja yang pergi?" Kataku asal.
"Gue gak bisa, gue ada janji di salon. Plis sekali
aja." Ujar Nova memohon.
"Tapi kalo ketauan?" Ujarku mencari alasan.
"Gue jamin gak bakal ketauan. Sekarang lo mandi gue
yang bakal dandanin lo." Ujar Nova senang.
Aku pun menuruti ucapan Nova. Setelah mandi Nova
mendandaniku semirip mungkin dengan dia. Sekarang kami berdua sangat sulit
untuk dibedakan. Nova memakaikanku dress yang sederhana cocok untuk
jalan-jalan.
"Gue gak perlu pake hells kan?" Ujarku.
"Hehe 5cm aja, yang ini beda sama yang kemaren
kok." Ujar Nova nyengir.
Akhirnya aku terpaksa mengikuti omongannya. Sam datang
menjemput dengan menggunakan mobil jazz hitamnya. Aku dan Nova melihat dari
balik jendela.
"Gue gak jadi aja deh, nanti ketauan gimana."
Ujarku bingung.
"Udah, lo bersikap biasa aja. Lo pasti bisa. Lagian kan
kita mirip banget. Gak mungkin Sam bisa ngenalin lo." Ujar Nova.
Akhirnya aku pun keluar, aku berjalan perlahan menuju mobil
Sam. Aku menarik nafas dan membuka pintu mobil lalu masuk. Aku tidak berani
menatap wajahnya.
"Lo baik-baik aja Va?" Ujar Sam bingung.
Aku menarik nafas dan mencoba bersikap seperti Nova.
"Gue baik-baik aja ko, mau kemana kita?" Ujarku sambil tersenyum.
"Ke Citos sekalian gue mau nyari buku di gramed."
Ujar Sam mengendarai mobilnya. Aku menatap keluar jendela memperhatikan jalan.
Sesekali Sam melirik kearahku namun aku tak mengetahuinya.
Perjalanan satu jam pun tidak terasa dan kami sampai di
sana. "Lo biasanya kalo jalan kemana aja?" Ujar Sam membuka
pembicaraan saat kami memasuki mall tersebut.
"Gue jarang jalan, paling ke mall nyari buku atau gak
nonton. Kalo lo?" Ujarku mulai terbiasa dengan Sam.
"Gue si suka jalan-jalan ke tempat yang belum pernah
gue datengin."
"Pasti seru, gue juga mau kaya gitu tapi gak pernah ada
temennya." Akuku jujur.
"Kapan-kapan kita jalan-jalan keliling jakarta."
Ujar Sam tersenyum. Deg. Tiba-tiba saja melihat senyumnya aku teringat kejadian
malam itu. Perasaan yang sama aku rasakan kembali.
"Kita nonton yuk." Ujar Sam menggandeng tanganku.
Aku hanya diam saja mengikutinya. Ketika kami sampai bioskop Sam melepaskan
tangannya.
"Lo mau nonton apa Nov?" Ujarnya melihat daftar
film yang terpampang.
"Gimana kalo film action?" Ujarku melihat sebuah
film yang menarik perhatianku.
"Boleh, gue juga suka film action." Ujar Sam. Lalu
kami memesan 2 tiket film tersebut. Tidak lupa kami memesan pop corn dan soft
drink. Film berlangsung 2 jam dan kami berdua sama-sama fokus dengan film
tersebut.
"Filmnya seru, apalagi pas jagoannya berantem sama
penjahatnya." Ujarku saat film selesai.
"Bener banget, ya kalo diliat-liat jagoannya sebelas
duabelas lah sama gue." Ujar Sam sambil menarik sedikit bajunya.
"Ye pd lo." Ujarku menyenggol tangannya dan kami
berdua tertawa.
Kami berdua pergi ke gramedia untuk mencari buku yang Sam
cari. "Lo nyari buku apa si?" Ujarku mendekatinya.
"Pemprograman." Ujarnya singkat sibuk
melihat-lihat buku disekelilingnya.
"Gue mau liat buku di sana ya." Ujarku
meninggalkannya. Aku menghampiri deretan komik jepang kesukaanku. Kuamati satu
persatu judul buku yang ada di sana.
"Lo suka komik?" Ujar Sam mengagetkanku.
"Iyapp." Ujarku masih dengan pandangan ke arah
buku-buku yang terpampang.
"Setau gue si, cewek biasanya suka novel, teenlit, ya
semacem cerita cinta gitu deh." Ujar Sam.
"Gue lebih suka cerita yang bisa bikin ketawa atau gak
cerita horror. Karna menurut gue gak semua cerita cinta itu berakhir bahagia,
lagian efek baca cerita cinta bikin kita berkhayal dan gak sadar bahwa dunia
ini nyata bukan sekedar khayalan." Ujarku panjang lebar.
"Lo bener." Ujar Sam tersenyum. "Tapi kadang
khayalan itu bisa jadi kenyataan." Ujar Sam mengacak-acak rambutku.
Setelah membayar buku, Sam mengantarkanku pulang.
Diperjalanan banyak hal yang kami bicarakan. Sam sangat menyenangkan. Tapi
entah kenapa bila aku sebagai Novi ia tampak berbeda. Apa dia membenciku?
Batinku.
"Gue balik dulu ya." Ujar Sam ketika kami sampai
di rumahku.
"Gak mau mampir dulu?" Ujarku dari balik kaca
mobil.
"Next time ya, see you." Ujarnya lalu pergi. Aku
memasuki rumah setelah bayangan mobilnya menghilang.
***
Siang yang terik, aku latian basket bersama anak-anak di
lapangan sekolah. Sebagian siswa sudah pulang. Sekilas kulihat tim putra sedang
berlatih di sana ada Sam dan Ray. Ray melempar senyum kepadaku dan aku
membalasnya.
Aku melihat kearah Sam dan ia tersenyum kepadaku. Untuk
pertama kalinya aku melihat Sam tersenyum kepadaku bukan sebagai Nova melainkan
Novi.
Selesai latihan aku duduk di pinggir lapangan dengan
meluruskan kedua kakiku. Keringat masih mengucur di keningku. Latihan hari ini
sangat menguras tenaga untukku.
"Fiuhhh." Ujarku mengelap keringat dengan punduk
tanganku. Seseorang melemparkan sapu tangan ke arahku. Aku menoleh dan kulihat
Sam berdiri di sana.
"Ngelap keringet tu jangan pake tangan." Ujarnya
dengan nada jutek seperti biasa.
"Iya pak guru." Ujarku asal.
"Ye dibilanginnya." Ujar Sam mengacak-acak
rambutku. Sikap Sam sangat berbeda sekarang. Walau masih jutek namun dia lebih
bersahabat sekarang.
"So? Ini buat gue?" Ujarku menunjukkan sapu tangan
yang ia lempar.
"Nanti kalo lo udah cuci balikin ke gue." Ujarnya
tersenyum.
"Oke oke." Ujarku mengelap keringat dengan sapu
tangannya.
"Ayo pulang." Ujar Sam berjalan perlahan.
"Ayo?" Ujarku bingung.
"Rumah kita kan searah. Udah cepet sebelum gue berubah
pikiran." Ujar Sam tetap berjalan tanpa menungguku. Aku pun berlari
mengejarnya.
"Tapi gue mau ganti baju dulu." Ujarku.
"Ok, gue tunggu parkiran kalo gitu." Ujar Sam lalu
kami berpisah.
Selesai berganti pakaian aku bertemu dengan Ray. Sepertinya
ia juga baru akan pulang. "Belum pulang Vi?" Sapa Ray menghampiriku.
"Ini mau pulang." Ujarku.
"Mau gue anterin?" Ujar Ray menawarkan diri.
"Vi, jadi pulang gak? Belum pulang lo Bro?" Ujar
Sam menghampiri kami berdua.
"Ini gue baru mau balik. Gue duluan ya Bro. Vi duluan
ya." Ujar Ray meninggalkan kami berdua. Sam mengantarkanku pulang. Tidak
banyak hal yang kami bicarakan sepanjang perjalanan. Setelah mengantarkanku
pulang ia pun pamit pergi.
***
Aku tidak sengaja melihat Nova dengan seseorang di halaman
setelah pulang sekolah. Setelah aku perhatikan ternyata orang itu adalah Ray.
Ada hubungan apa antara Ray dengan Nova? Aku menguping pembicaraan mereka
berdua.
"Ray, apa kita gak bisa kaya dulu?" Ujar Nova
dengan raut wajah sedih.
"Untuk saat ini gue masih belum bisa Va, gue masih
inget saat lo jalan sama cowok lain di depan mata kepala gue." Ujar Ray
dengan wajah serius.
"Maafin gue Ray, gue nyesel." Ujar Nova menangis.
Tidak pernah aku melihat Nova menangis karna seorang cowok.
Aku terpaku terdiam melihatnya. Tiba-tiba seseorang dari belakang membekap
mulutku dan membawaku pergi ke tempat yang agak jauh. Aku membuka bekapannya
dan kulihat ternyata Sam.
"Lo ngapain si?" Ujarku kesal.
"Gak baik nguping pembicaraan orang lain." Ujar
Sam dengan santai.
"Tapi gue harus tau apa yang sebenernya terjadi."
Ujarku masih tak terima.
"Kalo lo denger lebih lanjut yang ada lo bakal merasa
bersalah." Ujar Sam santai.
"Maksudnya?" Ujarku tak mengerti.
"Lo pasti bakal ngerti." Ujar Sam mengacak-acak
rambutku lalu ia pergi meninggalkanku.
"Sam tungguuuu." Ujarku mengejarnya.
"Apa lagi?" Ujarnya menoleh.
"Lo harus jelasin ke gue." Ujarku tidak mau kalah.
"Lo mau ngasih gue apa kalo gue kasih tau lo?"
Ujarnya santai.
"Lo mau apa mang?" Ujarku polos.
"Temenin gue makan." Ujar Sam merangkulku dan
mengajakku pergi ke mcd tak jauh dari sekolah kami. Disana ia memesan 2 burger,
2 pepsi, dan 2 kentang goreng.
"So?" Ujarku tak sabar namun Sam malah sibuk
dengan makanannya.
"Hmmm." Ujarnya sambil mengambil sepotong kentang
goreng dan memakannya.
"Gue balik aja kalo gitu." Ujarku kesal. Tetapi
Sam menarik tanganku dan aku pun duduk kembali.
"Ray itu mantannya Nova." Ujarnya santai.
"Hah? Sejak kapan?" Ujarku kaget.
"Dulu waktu SMP mereka sempet jadian tapi putus karna
Nova selingkuh sama cowok lain." Jelas Sam.
"Terus kenapa gue harus ngerasa bersalah?" Ujarku
bingung.
"Ray itu kan lagi deket sama lo, padahal Nova masih
sayang sama dia." Ujar Sam sambil meneruskan makannya.
"Apa Ray masih sayang Nova?" Ujarku sedih. Aku
memang sempat menyukai Ray namun setelah kejadian kemarin aku mulai menyukai
Sam.
"Lo suka sama Ray?" Ujar Sam dengan nada serius.
"Gak juga si." Ujarku bingung.
"Ya itu si urusan lo mau suka atau gak." Ujar Sam
acuh.
"Lo bukannya deket sama Nova?" Ujarku menyelidiki.
"Iya bisa dibilang gitu." Ujarnya santai.
"Jangan-jangan lo suka sama Nova?" Ujarku dengan
hati-hati.
"Nova cantik, feminim, anggun, ramah lagi."
Mendengar ucapan Sam raut wajahku pun berubah menjadi sedih. Memang aku tak ada
apa-apanya dibanding Nova.
"Tapi sayangnya gue gak suka sama Nova." Ujarnya
santai.
"Tapi lo bilang?" Aku semakin bingung.
"Kan gue ngomong sesuai fakta." Ujarnya cuek.
"Tapi sikap lo ke gue sama ke Nova beda." Ujarku
keceplosan. Sam menatapku dengan wajah serius.
"Lo suka sama gue?" Ujarnya serius.
"Iya." Akuku jujur.
"Ok." Ujar Sam santai.
"Maksudnya?"
"Kita jadian."
Setelah kejadian di mcd kami berdua resmi jadian. Namun
tidak ada hal yang berubah. Tidak ada yang mengetahui bahwa kami berdua telah
jadian bahkan Nova.
Saat istirahat sekolah aku tidak sengaja melihat Sam dan
Nova berpelukan di halaman belakang. Tidak ada orang kecuali mereka berdua. Aku
pergi meninggalkan mereka. Bel pun berbunyi Sam masuk kelas dan tersenyum
kepadaku. Aku hanya diam seribu bahasa.
"Lo kenapa?" Ujar Sam saat kami pulang bersama.
"Gue mau putus." Ujarku tanpa menoleh kearahnya.
Sam menepikan mobilnya.
"Kenapa?" Ujarnya tak mengerti.
"Karna lo gak pernah suka sama gue. Gue mau semuanya
sampe di sini." Aku memaksakan senyumku lalu keluar dari mobilnya.
Bulir-bulir air mata mengalir di pipiku. Dengan cepat aku menghentikan taxi
yang ada dan menaikinya.
'Dia sama sekali gak ngejar gue, ternyata emang semuanya gak
ada artinya.' Batinku.
Setelah sampai di rumah aku langsung memasuki kamar dan
menguncinya. Aku menangis dan tertidur.
***
Aku berangkat sekolah dengan mata bengkak. "Lo kenapa
Vi?" Ujar Nova melihat mataku.
"Gue kurang tidur semalem." Ujarku nyengir
menyembunyikan kesedihanku.
"Lo gak abis nangis kan?" Tanyanya khawatir.
"Gak lah, ngapain gue nangis. Yuk berangkat."
Kataku menggandeng tangannya.
Sampai di kelas aku melihat Sam sedang mengobrol dengan anak
cowok lain. Ia melihatku datang tapi aku tidak mau melihat wajahnya. Aku tak
mau ia melihat mataku yang bengkak.
Jam istirahat aku melihat Sam dan Nova pergi ke kantin
bersama. Aku semakin yakin bahwa Sam menyukai Nova. Aku terdiam dibawah pohon
sambil memandang langit. Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipiku.
"Ray?" Ujarku kaget. Ray hanya nyengir lalu ia
memberikan segelas minuman dingin kepadaku.
"Lo ngapain bengong di sini?" Ujar Ray duduk
disebelahku.
"Nyari angin." Ujarku singkat. "Lo
sendiri?" Ujarku lagi.
"Gue males ke kantin." Ujarnya santai.
"Karna ada Nova dan Sam?" Tebakku.
"Maybe."
"Kenapa lo gak ngajak Nova balikan?"
"Gue masih belum bisa lupain kejadian dulu."
"Tapi kan lo masih sayang sama dia. Apa lo mau Nova
jatuh ke tangan cowok lain?" Ujarku menoleh ke Ray.
"Ya berarti kita gak jodoh." Ujar Ray santai.
"Ya asal lo gak nyesel aja." Ujarku menatap lurus
ke langit.
"Kayanya lo deh." Ujar Ray menoleh kearahku.
"Maksudnya?" Ujarku bingung.
"Apa lo mau Sam sama cewek lain?" Ujar Ray serius.
"Sam gak pernah suka sama gue." Ujarku lesu.
"Kita liat aja nanti." Ujar Ray santai.
"Maksudnya?"
"Dengerin rencana gue." Ujar Ray membisikan
rencananya ditelingaku.
"Oke gue setuju." Ujarku.
Ray mengantarkanku sampai kelas. Di depan kelas ada Sam dan
Nova melihat kami berdua. Sam menatapku dengan tatapan tajam.
Setelah semua anak-anak pulang, Sam menghampiriku.
"Jadi karna Ray?" Ujar Sam terlihat marah. Aku tidak
memperdulikannya.
"Jawab gue Vi." Ujar Sam menarik tanganku.
"Aw.." Ujarku. Tarikan tangan Sam sangat kencang.
"Bro, jangan kasar gitu sama cewek." Ujar Ray
masuk.
"Ini bukan urusan lo Ray." Ujar Sam kesal.
"Sekarang Novi cewek gue, jadi sekarang ini jadi urusan
gue." Ujar Ray serius. Bruk. Suara buku jatuh mengagetkan kami bertiga.
Nova berlari meninggalkan kelas. Sam mengejarnya.
"Apa gue bilang dia gak pernah suka sama gue."
Ujarku menutup wajah menahan tangis.
"Lo salah." Ujar Ray yakin.
***
Selama 1 minggu rencana kami berdua berjalan dengan lancar.
Hari ini adalah hari terakhir kami berpura-pura. "Moga lo sama Nova bisa
langgeng." Ujarku menatap ke langit ditempat kami membuat perjanjian.
Hari ini Ray akan mengajak Nova balikan. Ray hanya ingin Nova
belajar untuk tidak selingkuh dengan orang lain lagi. Ray juga akan menjelaskan
semua rencana kami berdua.
"Lo mau ketemu sama Novi? Dia belum pulang." Ujar
Nova dengan nada jutek.
"Gue mau ketemu lo." Ujar Ray serius.
Ray menjelaskan semuanya dan Nova pun bisa memahaminya ia
berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya yang dulu. Mereka berdua pun
akhirnya balikan.
"Lo belum pulang." Ujar seseorang dari arah
belakang mengagetkanku. Aku menoleh dan Sam berdiri di sana.
"Ini gue baru mau pulang." Ujarku bangun dan
hendak pergi. Namun Sam menarikku hingga aku jatuh kepelukannya.
"Gue kangen lo Vi." Ujarnya pelan. Aku melepaskan
pelukannya.
"Gue bukan Nova, gue gak bisa jadi dia." Ujarku
membuang muka.
"Dari awal yang gue suka lo bukan Nova." Ujar Sam
serius.
"Tapi sikap lo beda Sam, dari awal lo selalu baik ke
Nova sedangkan gue? Lo cuek. Bahkan saat kita jadian lo malah berduaan sama
Nova. Gue bisa liat semuanya dengan jelas Sam." Ujarku meluapkan semua
amarahku.
"Lo jahat Sam." Ujarku lagi kali ini dengan tangisku
yang sudah tak terbendung. Sam menciumku lembut.
"Dari awal kita ketemu gue udah tertarik sama lo, tapi
karna kesan pertama gue yang jutek gue jadi ragu buat deketin lo. Saat lo
pura-pura jadi Nova gue tau itu bukan Nova tapi lo. Nova yang atur semuanya.
Waktu lo liat gue sama Nova itu Nova baru ditolak sama Ray. Dia minta gue buat
nemenin dia." Jelas Sam panjang lebar.
Sam menghapus air mataku. "Maafin gue ya udah buat lo
nangis." Ujar Sam tersenyum. Aku memeluknya.
"Lo gak boleh deket-deket Ray lagi." Ujar Sam
membisikkan kata-kata itu di telingaku.
"Iya." Ujarku senang.
THE
END